Fadilah Keutamaan Akhlak Mulia
Segala puji bagi Allah yang menciptakan segala sesuatu, membaguskan penciptaan-Nya dan menyusunnya. Dialah yang mendidik nabi kita, Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan dengan sebaik-baik pembinaan.
Sesungguhnya kemuliaan akhlak merupakan salah satu dari
sifat-sifat para nabi, orang-orang shiddiq dan kalangan shalihin. Dengan sifat
ini, berbagai derajat dapat dicapai dan kedudukan-kedudukannya ditinggikan.
Sesungguhnya Allah Jalla wa 'Ala mengistimewakan nabi-Nya, Muhammad
dengan ayat yang menghimpun baginya segala kemuliaan akhlak dan segenap
kebaikan tata pekerti, maka Allah Jalla wa 'Ala berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ
عَظِيمٍ ﴿٤﴾ سورة القلم
Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.68:04)
Husnul khuluq (akhlak yang mulia)
memunculkan rasa kasih sayang dan kelembutan. Sedang su'ul khuluq (akhlak
yang buruk) membuahkan rasa saling benci, dengki dan memusuhi.
Baca juga : Kisah Keteladanan Abu Bakar As-Siddiq
Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam telah menstimulasi agar berakhlak mulia (husnul khuluq)
dan konsisten terhadapnya. Dimana beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam menghimpun secara bersama antara penyebutan at-taqwa (ketakwaan)
dan penyebutan husnul khuluq (akhlak yang mulia) ini. Beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« أَكْثَرِ مَا
يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ ، تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ »
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, (adalah) takwa kepada Allah dan husnul khuluq (berperilaku baik). ” (HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim).
Husnul khuluq itu adalah wajah yang berseri, memberikan kebajikan, menahan diri dari menyakiti manusia, beserta segala yang sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk bertutur kata yang baik dan menahan amarah serta sabar menanggung beban.
Dan Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu dengan sebuah wasiat agung, beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« عَلَيْكَ بِحُسْنِ الْخُلُقِ »
“Wahai Abu
Hurairah, seyogyanya anda untuk
berperilaku baik (husnul khuluq).”
Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu berkata, “Apakah husnul khuluq itu,
wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ »
“Anda menyambung (tali persaudaraan kepada) orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, dan anda memaafkan (kesalahan atas) orang yang menzalimimu, dan anda memberi orang yang enggan memberi kepadamu.” (HR. Al-Baihaqi).
Simaklah -wahai saudaraku yang mulia-
sebuah pengaruh yang dahsyat dan ganjaran yang besar untuk pekerti yang mulia
dan tabiat yang baik ini, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ
الْخُلُقِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ »
“Sesungguhnya seseorang dengan husnul khuluq akan memperoleh derajat ash-sha`im (ahli puasa) dan al-qa`im (ahli shalat malam).” (HR. Ahmad).
Dan Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam menilai amalan husnul khuluq bagian
dari (barometer) kesempurnaan iman. Beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا »
“Mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad dan
Abu Dawud).
Baca juga : Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Madzhab Hanafi
Seyogyanya anda sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam :
« أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ
أَنْفَعَهُمْ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٍ تُدْخِلُهُ عَلَى
مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا ، أَوْ
تُطْرَدُ عَنْهُ جُوعًا ، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِي الْمُسْلِمِ فِي حَاجَةٍ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي الْمَسْجِدِ شَهْرًا »
“Manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang paling bermanfaat diantara mereka, dan amalan yang paling dicintai di sisi Allah (adalah) kebahagiaan yang anda masukkan ke (hati) seorang muslim, atau anda membebaskan kesusahannya, atau anda membayarkan hutangnya, atau anda menghilangkan rasa laparnya. Karena itu aku berjalan bersama saudaraku yang muslim dalam suatu keperluannya lebih aku sukai daripada aku beri'tikaf di masjid (yaitu: masjid Madinah, pent.) ini sebulan lamanya .” (HR. Thabrani).
Seorang muslim diperintahkan untuk
berkata halus dan lembut sehingga ucapannya tersebut menjadi amalan yang
memberatkan timbangan kebajikannya. Beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
« الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ »
“Kata baik (yang terlontar terbilang) sedekah.” (Muttafaqun 'Alaihi).
Bahkan sebuah senyuman ringan yang tidak membebani
seorang muslimpun dalam melakukannya, diberikan balasan. Sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
« تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ
»
“Senyummu
terhadap saudaramu merupakan sebuah sedekah.” (HR. At-Tirmidzi).
Pengarahan-pengarahan Nabi dalam menyemangati amalan husnul
khuluq ini dan sikap menanggung derita beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam yang banyak dan populer, serta perjalanan hidupnya
merupakan contoh hidup yang dapat dipetik dari sikap beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam sendiri terhadap dirinya, keluarga, tetangga, kalangan
kaum muslimin yang lemah, orang-orang bodoh di antara mereka, bahkan terhadap
orang kafir sekalipun. Allah Ta'ala berfirman :
وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى ﴿٨﴾
سورة المآئدة
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS.68:04)
Sesungguhnya ciri-ciri perangai yang baik (husnul khuluq)
itu terhimpun dalam berbagai sifat yang banyak. Maka kenalilah ciri-ciri
tersebut –wahai saudara muslimku- dan konsistenlah dengannya. Secara umum,
yaitu :
Seorang yang banyak malu, sedikit menyakiti, banyak kebaikannya, jujur lisannya, sedikit bicaranya, banyak kerja, sedikit kekhilafan dan sikap berlebih-lebihannya. Seorang yang berbakti, suka memberi, berwibawa, penyabar, bersyukur, ridha, santun, lembut, menjaga diri, belas kasih. Tidak suka melaknat dan mencemooh, menghasut, ngerumpi, serta tidak tergesa-gesa, tidak pula dengki, pelit, apalagi hasad. Seseorang yang berwajah ramah dan periang, mencintai dan menyukai sesuatu karena Allah, serta membenci sesuatu karena Allah pula.
Pangkal dari segala akhlak yang tercela (al-akhlaq
al-madzmumah) adalah kesombongan, penghinaan dan peremehan. Sedangkan
pangkal dari segala akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) adalah
khusyu' dan kemauan yang kuat. Maka berbangga-banggan, kufur nikmat,
berpoya-poya, takjub terhadap diri sendiri, dengki, sewenang-wenang, angkuh,
zhalim, kasar dan arogan, pamer, enggan menerima nasihat, mementingkan diri
sendiri, minta diangkat, gila kedudukan dan jabatan, dan lain sebagainya. Itu
semua bersumber dari al-kibr (kesombongan).
Adapun dusta, khianat, riya, muslihat, tipu daya, kerakusan, pengecut, kebakhilan, kelemahan, kemalasan, menghinakan diri kepada selain Allah, dan sikap mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik, dan lain sebagainya. Maka semua itu bersumber dari penghinaan dan peremehan serta kerdilnya jiwa.
Sekiranya anda mencari ketakwaan, anda akan mendapati
seorang lelaki membenarkan ucapannya dengan perbuatannya.
Sekiranya seorang bertakwa kepada Allah dan menaati-Nya
maka kedua tangannya diantara kemulian dan ketinggian
akan ketakwaan.
Sekiranya ia mengakar dalam ketakwaan
Ada dua mahkota, mahkota ketenangan dan kebesaran
Sekiranya anda menyebutkan nasab hubungan keturunan, maka saya tidak melihat
silsilah hubungan (yang seerat) seperti (diantara
hubungan) amal-amal shaleh.
Baca juga : Pengertian Konsep Hijab Ahli Waris, Hijab Wasfi, Nuqshan dan Hirman
Saudara muslimku :
Sesungguhnya dia adalah momentum mulia dimana anda dapat
memperoleh ganjaran berperilaku dengan sifat-sifat yang baik, dan mengarahkan
diri anda untuk menggenggamnya, dan bekerja keras dalam hal tersebut. Jauhi dan
tinggalkanlah sifat iri dan benci, kekejian lisan, ketidakadilan, dan ghibah,
mengadu domba, kikir, memutuskan tali silaturahmi. Aku terheran terhadap orang
yang membersihkan wajahnya 5 (lima) kali sehari dalam rangka menyembut seruan
Allah, namun ia enggan membersihkan dirinya sekali saja dalam setahun untuk
sekedar menghilangkan berbagai daki-daki dunia yang melekat, serta kepekatan
hati dan kemungkaran akhlaknya !!
Berantusiaslah terhadap upaya melatih diri dari menahan amarah, dan gembirakanlah orang-orang sekitar anda, diantaranya kedua orangtua, istri dan anak-anak, para sahabat dan relasi dengan interaksi yang baik, tutur kata yang manis, muka yang berseri, dan berharaplah akan pahala pada segala hal demikian itu.
Dan seyogyanya anda –Saudara muslimku- sebagaimana yang
diwasiatkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam bahasa yang ringkas
padat (al-jami'ah). Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
« اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ »
“Bertakwalah
kepada Allah dimana pun anda berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan
yang akan menghapusnya, dan perlakukanlah manusia dengan perlakuan yang baik.”
(HR. At-Tirmidzi).
Semoga
Allah menjadikan kita dan segenap kalian termasuk orang-orang yang disabdakan oleh
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
« إِنَّ أَقْرَبَكُمْ مِنِّى مَجْلِساً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ خُلُقاً »
“Sesungguhnya yang paling dekat kedudukan diantara kalian dariku pada hari Kiamat (adalah) yang paling baik akhlaknya diantara kalian.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu pengampunan, kesehatan, perlindungan selamanya. Ya Allah, baguskan akhlak-akhlak kami dan perindahilah perangai-perangai kami. Ya Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan rupa kami, maka baguskanlah akhlak kami dengan segala karunia-Mu. Ya Rabb kami, ampunilah kami, kedua orangtua kami dan seluruh kaum muslimin. Semoga shalawat senantiasa tercurah atas Nabi kami, Muhammad, dan kepada keluarga dan segenap sahabatnya.
Baca juga : Cara Mudah Menghafal Konsep Hijab Ahli Waris
Posting Komentar untuk "Fadilah Keutamaan Akhlak Mulia"