Cara Membuat Bahan Pakan Non-Konvensional
Bahan pakan non konvensional jarang yang langsung dapat diberikan pada ternak. Umumnya harus diolah dulu karena berbagai hal seperti tingkat kelayakan untuk dikonsumsi yang masih rendah, kandungan anti nutrisi yang masih tinggi, dan kondisi bahan pakan yang perlu ditingkatkan palatabilitasnya.
Kelayakan untuk dikonsumsi yang masih rendah umumnya karena mengandung berbagai komponen yang mengurangi konsumsi seperti kandungan serat kasar yang tinggi. Bahan pakan non konvnesional kurang dipergunakan sebagai pakan unggas karena umumnya mengandung anti nutrisi yang relatif tinggi. Demikian juga umumnya bahan pakan non konvensional mempunyai kondisi yang masih perlu diolah supaya tersedia sebagai pakan. Kondisi tersebut terutama dari segi bentuk pakan yang belum layak untuk diberikan ke ternak. Untuk itu maka pengolahan bahan pakan menjadi unsur yang penting dalam proses pembuatan bahan pakan. Beberapa cara pengolahan mulai dari fisik, kimiawi maupun biologis dapat dapat dikemukakan dibawah ini.
Baca juga : Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah
Umumnya cara fisik dilakukan dengan cara menjadikan bahan pakan menjadi lebih halus baik dengan pemanasan, pengeringan, pembekuan, maupun mekanis seperti penggilingan, penumbukan, pemarutan ataupun penggerusan. Bahan pakan dengan kandungan air tinggi diperlukan pengeringan ataupun pemanasan terlebih dahulu sebelum diperlakukan secara mekanis. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kadar air dan mikroba pembusuk tidak dapat hidup sehingga bahan pakan menjadi awet dan tahan lama. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dan penggunaan alat pengering. Bahan-bahan limbah dengan penjemuran dilakukan dengan menggunakan suatu wadah dan diletakkan di panas sinar matahari langsung, sedangkan dengan menggunakan alat pengering biasanya memakai oven. Bahan pakan ternak dikeringkan, biasanya akan berubah warna menjadi warna cokelat.
Perubahan tersebut merupakan reaksi browning yang dapat menurunkan nilai gizi, terutama protein. Namun, pengeringan tetap dilakukan karena volume bahan akan menjadi kecil. Akibatnya, berat bahan pun berkurang sehingga akan mempermudah serta menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan.
Cara mekanis merupakan cara yang paling murah, efisien dan efektif. Pada bahan pakan yang mempunyai kadar air rendah, cara mekanis merupakan solusi yang paling memungkinkan. Hasil penggilingan atau pun penumbukkan bervariasi dari yang halus, seperti tepung hingga kasar (butiran pasir), disesuaikan ukuran mesh atau lubang saringan yang digunakan. Usahakan agar penggilingan/penumbukan tidak sampai menghasilkan bahan yang terlalu panas. Alasannya, penggilingan yang terlalu halus akan menambah kecepatan jalannya bahan pakan melewati usus sehingga kecernaannya akan berkurang sebanyak 20%.
Cara pengolahan yang lain adalah secara kimiawi. Cara kimiawi dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kandungan zat makanan dan juga dapat digunakan untuk mengurangi kandungan nati nutrisi. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memfermentasi. Prinsip dasarnya adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, dalam proses fermentasi, mikroba juga memecah komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh ternak serta menyintesa beberapa vitamin yang kompleks dari faktor-faktor penumbuhan lainnya, antara lain priboflavin vitamin B-12 dan provitamin A.
Kelayakan untuk dikonsumsi yang masih rendah umumnya karena mengandung berbagai komponen yang mengurangi konsumsi seperti kandungan serat kasar yang tinggi. Bahan pakan non konvnesional kurang dipergunakan sebagai pakan unggas karena umumnya mengandung anti nutrisi yang relatif tinggi. Demikian juga umumnya bahan pakan non konvensional mempunyai kondisi yang masih perlu diolah supaya tersedia sebagai pakan. Kondisi tersebut terutama dari segi bentuk pakan yang belum layak untuk diberikan ke ternak. Untuk itu maka pengolahan bahan pakan menjadi unsur yang penting dalam proses pembuatan bahan pakan. Beberapa cara pengolahan mulai dari fisik, kimiawi maupun biologis dapat dapat dikemukakan dibawah ini.
Baca juga : Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah
Umumnya cara fisik dilakukan dengan cara menjadikan bahan pakan menjadi lebih halus baik dengan pemanasan, pengeringan, pembekuan, maupun mekanis seperti penggilingan, penumbukan, pemarutan ataupun penggerusan. Bahan pakan dengan kandungan air tinggi diperlukan pengeringan ataupun pemanasan terlebih dahulu sebelum diperlakukan secara mekanis. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kadar air dan mikroba pembusuk tidak dapat hidup sehingga bahan pakan menjadi awet dan tahan lama. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dan penggunaan alat pengering. Bahan-bahan limbah dengan penjemuran dilakukan dengan menggunakan suatu wadah dan diletakkan di panas sinar matahari langsung, sedangkan dengan menggunakan alat pengering biasanya memakai oven. Bahan pakan ternak dikeringkan, biasanya akan berubah warna menjadi warna cokelat.
Perubahan tersebut merupakan reaksi browning yang dapat menurunkan nilai gizi, terutama protein. Namun, pengeringan tetap dilakukan karena volume bahan akan menjadi kecil. Akibatnya, berat bahan pun berkurang sehingga akan mempermudah serta menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan.
Cara mekanis merupakan cara yang paling murah, efisien dan efektif. Pada bahan pakan yang mempunyai kadar air rendah, cara mekanis merupakan solusi yang paling memungkinkan. Hasil penggilingan atau pun penumbukkan bervariasi dari yang halus, seperti tepung hingga kasar (butiran pasir), disesuaikan ukuran mesh atau lubang saringan yang digunakan. Usahakan agar penggilingan/penumbukan tidak sampai menghasilkan bahan yang terlalu panas. Alasannya, penggilingan yang terlalu halus akan menambah kecepatan jalannya bahan pakan melewati usus sehingga kecernaannya akan berkurang sebanyak 20%.
Cara pengolahan yang lain adalah secara kimiawi. Cara kimiawi dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kandungan zat makanan dan juga dapat digunakan untuk mengurangi kandungan nati nutrisi. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memfermentasi. Prinsip dasarnya adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dihasilkan sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, dalam proses fermentasi, mikroba juga memecah komponen yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh ternak serta menyintesa beberapa vitamin yang kompleks dari faktor-faktor penumbuhan lainnya, antara lain priboflavin vitamin B-12 dan provitamin A.
Prinsip dasar fermentasi adalah dilakukan dengan cara pertama, sejumlah milorganite (pupuk hasil pengomposan) dicampur dengan air bersih pada suhu 70%. Setelah suhu mencapai 80%, larutan milorganite diaduk-aduk dan dicampur hingga rata. Usahakan PH larutan selalu pada posisi 7.
Kedua, larutan didinginkan semalaman, kemudian dipanaskan kembali sampai 70% derajat Celcius selama 5 jam. Larutan disaring, misalnya dengan isapan, dengan air hasil saringan diuapkan sehingga kental. Ketiga, larutan kental tersebut kemudian diuapkan lagi pada suhu sekira 70 derajat Celcius hingga kering. Bahan inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai pakan ternak yang kaya akan vitamin B-12.
Baca juga : Tugas Manajemen Keuangan Sekolah
Diharapkan dari hasil fermentasi tersebut terjadi penguraian serat kasar menjadi zat-zat makanan yang lebih mudah dicerna dan mempertinggi ketersediaan zat-zat makanan lainnya yang terikat dengan serat kasar. Tingginya kandungan serat pada bahan pakan dapat juga diatasi dengan cara fermentasi menggunakan probiotik. Starbio, bioplus, dan coenzim adalah produk bioteknologi yang menghasilkan enzim pencerna dan pemecah ikatan lignoselulosa. Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa fermentasi pada jerami dengan penambahan urea 0,6 persen selama 21 hari dapat menurunkan dari 27,3 persen menjadi 9,7 persen. Sedangkan protein meningkat dari 3,86 persen menjadi 8,68 persen.
Cara lain untuk pengolahan bahan pakan adalah dengan teknologi yang disebut heat treated protein (HTP) yang dapat memenuhi asam amino yang tidak bisa dipenuhi dari mikroorganisme. Cara pemanasan lain yang sedang populer adalah dry extrusion process, yaitu pemanasan yang tidak memakai sumber proses dari luar. Sumber protein yang banyak diproses melalui cara ini adalah kedelai dengan suhu 300 derajat Fahrenheit selama 30 detik dengan pengikat sodium bentonite. Teknologi kedua adalah dengan penambahan zat kimia seperti formal dehyde, tannin, dan glyoxal. Namun cara ini tidak ekonomis karena mahalnya bahan-bahan kimia tersebut.
Perlakuan dengan zat biologis dapat juga dilakukan. Peningkatan kemampuan selulolitik mikroba rumen dilakukan dengan stimulasi biosintesis ensima. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa atau bahan yang dapat melindungi protein pakan. Biosintesis ensima selulosa diatur oleh struktur gen yang dapat diinduksi atau direpresi. Beberapa perangsang biosintesis ensima di antaranya selobiosa, sophorosa, laktosa, dan glukosa. Pemanfaatan selobiosa membuat pertambahan bobot ternak sangat tinggi. Biosintesis juga bisa menggunakan kecambah biji-bijian seperti kacang hijau. Perangsang biji kacang hijau mampu mendongkrak pertambahan bobot ternak.
Berbagai teknologi pengolahan limbah pertanian menjadi pakan harusnya memacu pembangunan peternakan di Indonesia. Sehingga kendala produksi daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bisa teratasi. Bahkan dengan keunggulan sumber daya alam yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi eksportir ternak ruminansia.
Diharapkan dari hasil fermentasi tersebut terjadi penguraian serat kasar menjadi zat-zat makanan yang lebih mudah dicerna dan mempertinggi ketersediaan zat-zat makanan lainnya yang terikat dengan serat kasar. Tingginya kandungan serat pada bahan pakan dapat juga diatasi dengan cara fermentasi menggunakan probiotik. Starbio, bioplus, dan coenzim adalah produk bioteknologi yang menghasilkan enzim pencerna dan pemecah ikatan lignoselulosa. Berdasarkan penelitian diperoleh informasi bahwa fermentasi pada jerami dengan penambahan urea 0,6 persen selama 21 hari dapat menurunkan dari 27,3 persen menjadi 9,7 persen. Sedangkan protein meningkat dari 3,86 persen menjadi 8,68 persen.
Cara lain untuk pengolahan bahan pakan adalah dengan teknologi yang disebut heat treated protein (HTP) yang dapat memenuhi asam amino yang tidak bisa dipenuhi dari mikroorganisme. Cara pemanasan lain yang sedang populer adalah dry extrusion process, yaitu pemanasan yang tidak memakai sumber proses dari luar. Sumber protein yang banyak diproses melalui cara ini adalah kedelai dengan suhu 300 derajat Fahrenheit selama 30 detik dengan pengikat sodium bentonite. Teknologi kedua adalah dengan penambahan zat kimia seperti formal dehyde, tannin, dan glyoxal. Namun cara ini tidak ekonomis karena mahalnya bahan-bahan kimia tersebut.
Perlakuan dengan zat biologis dapat juga dilakukan. Peningkatan kemampuan selulolitik mikroba rumen dilakukan dengan stimulasi biosintesis ensima. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa atau bahan yang dapat melindungi protein pakan. Biosintesis ensima selulosa diatur oleh struktur gen yang dapat diinduksi atau direpresi. Beberapa perangsang biosintesis ensima di antaranya selobiosa, sophorosa, laktosa, dan glukosa. Pemanfaatan selobiosa membuat pertambahan bobot ternak sangat tinggi. Biosintesis juga bisa menggunakan kecambah biji-bijian seperti kacang hijau. Perangsang biji kacang hijau mampu mendongkrak pertambahan bobot ternak.
Berbagai teknologi pengolahan limbah pertanian menjadi pakan harusnya memacu pembangunan peternakan di Indonesia. Sehingga kendala produksi daging untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bisa teratasi. Bahkan dengan keunggulan sumber daya alam yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi eksportir ternak ruminansia.
Baca juga : Cara Meningkatkan Kompetensi Mengajar
Lebih penting lagi, terobosan teknologi tepat guna berbiaya murah sangat membantu pengembangan ternak rakyat. Kelompok inilah yang selama ini paling merasakan dampak mahalnya bahan pakan ternak. Dengan kata lain teknologi mestinya menjadi penolong bangkitnya peternakan rakyat yang nyaris mati suri.
Lebih penting lagi, terobosan teknologi tepat guna berbiaya murah sangat membantu pengembangan ternak rakyat. Kelompok inilah yang selama ini paling merasakan dampak mahalnya bahan pakan ternak. Dengan kata lain teknologi mestinya menjadi penolong bangkitnya peternakan rakyat yang nyaris mati suri.
Posting Komentar untuk "Cara Membuat Bahan Pakan Non-Konvensional"