Perintah Berkata Jujur dan Larangan Berkata Bohong
Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran dan menjadikan kegelapan dan cahaya.
قال الله تعالى: {وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ وَنَحۡنُ
أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ ١٦ إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ
عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧ مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا
لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ}
(ق: 16- 18)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu)
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
(QS. Qaf: 16-18).
Baca juga : Apakah Boleh Bersumpah dalam Jual Beli jika Pelakunya Seorang yang Jujur?
Aku memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Suci
yang menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus, yang murka kepada para pelaku
kejahatan dan dosa, itulah ketetapan, keadilan dan ketentuan Allah Shubhanahu wa ta’alla. Sebagaimana
firman -Nya:
قال الله تعالى: {مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ
لِّلْعَبِيدِ} (الحج: 46)
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh
maka pahalanya untuk
dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu
menganiaya hamba-hamba Nya. (QS. Fushilat: 46).
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya,
kesaksian yang mengangkat derajat orang-orang yang jujur, pada tingkat
orang-orang yang dekat dengan -Nya, sebagai balasan yang setimpal atas
kejujuran mereka terhadap tuhan dan diri mereka sendiri serta sesama manusia,
guna memenuhi seruan Allah Shubhanahu wa
ta’alla:
قال الله تعالى: {يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ} (التوبة: 119)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. Al-Taubah: 119).
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba
dan utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla,
yang jujur lagi terpercaya, yang telah diutus oleh –Nya dengan membawa
petunjuk, mengeluarkan hamba dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mencurahkan
shalawat dan salam kepada beliau, para keluarga dan para shahabat yang mulia.
Amma Ba’du: Wahai sekalian
manusia, bertaqwalah kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla dan bergaullah bersama orang-orang yang jujur, dan ketahuilah
bahwa tidak sama antara yang hak dan batil sebagaimana tidak sama nya antara
yang baik dan yang buruk. Kebenaran itu adalah cahaya yang membawa kepada jalan
yang lurus dan jalan keberuntungan.
Sementara kebatilan adalah
kegelapan yang menyebabkan kehancuran orang yang melakukannya sehingga dirinya
tersesat dari jalan yang benar. Allah Subahanahu
Wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ
وَالنُّورُ} (الرعد: 16)
Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan
yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; (QS.
AL-Ra’du: 16).
Sesungguhnya kebenaran yang
wajib diikuti, baik dalam perkataan atau perbuatan, dan dituntut untuk harus
berjalan di atasnya baik lahir atau batin adalah bersikap jujur dalam semua
keadaan dan menegakkan kejujuran dalam setiap situasi, guna mengamalkan
petunjuk Allah Shubhanahu wa ta’alla
bagi para hamba -Nya:
قال الله تعالى: {يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ
أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا}
(الأحزاب: 71- 70)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati
Allah dan Rasul -Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar. (QS. Al-Ahzab: 70-71).
Jujur dalam berbicara terwujud
terbuktinya perkataan tersebut dengan realita tanpa ada tambahan atau
pengurangan, atau tanpa perubahan dan pengelabuan. Jujur adalam perbuatan
terwujud dengan adanya kesesuaian antara penampilan seorang hamba dengan berita
yang diceritakannya, perbuatannya membenarkan perkataannya, guna mengamalakan
firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى: {يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ
ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ} (الصف: 2، 3)
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan. (QS. Al-Shaf: 2-3).
Dan firman Allah
Ta’ala:
قال الله تعالى: {وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ
عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ ٢٠٤ وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ
فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ وَٱللَّهُ لَا
يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ ٢٠٥ وَإِذَا قِيلَ لَهُ ٱتَّقِ ٱللَّهَ أَخَذَتۡهُ ٱلۡعِزَّةُ
بِٱلۡإِثۡمِۚ فَحَسۡبُهُۥ جَهَنَّمُۖ وَلَبِئۡسَ ٱلۡمِهَادُ} (البقرة: 204- 206)
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan
dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia
adalah penantang
yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,
dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya:
"Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan
sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah: 204-206).
Maka para ulama sebagai pewaris
para nabi harus menjadi tauladan yang baik dalam meperaktikkan kejujuran dalam
berkata dan berbuat, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
قال الله تعالى: {وَلَـكِن
كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ
تَدْرُسُونَ} (آل عمران: 79)
"Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya. )QS.
Ali Imron: 79).
Seorang pedagang yang menawarkan
barang dagangannya harus berprilaku jujur, jangan sampai menawarkan barangnya
secara dusta, dengan sumpah dusta, jangan sampai dia menyembunyikan kerusakan
atau aib yang terdapat pada barang tersebut.
Disebutkan di dalam sebuah
riwayat bahwa seorang lelaki pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menawarkan barang di pasar, dan
dia bersumpah atas nama Allah Shubhanahu
wa ta’alla bahwa dia memberikan harga khusus yang tidak diberikan kepada
orang lain guna mendorongnya untuk membeli barangnya, lalu turunlah firman
Allah Ta’ala:
قال الله تعالى: {إِنَّ
الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلاً
أُوْلَـئِكَ لاَ خَلاَقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّهُ وَلاَ
يَنظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} (آل عمران: 77)
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya
dengan) Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat
kebahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan
melihat kepada mereka
pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (QS.
Ali Imron: 77).
Baca juga : Apa Hukum Menjadi Pegawai Bank Konvensional?
Para pekerja atau orang yang
bekerja pada bidang pertukangan harus berlaku jujur dalam perkataan dan
perbuatannya, jangan sampai dia menampakkan sesuatu yang tidak dibenarkan oleh
kenyataan sebab dengan tindakan seperti itu berarti dirinya telah berbuat dusta
dalam dakwaannya. Tindakan seperti ini akan termasuk dalam ancaman yang
disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala, "Sungguh besar pengkhianatan orang yang berbicara kepada saudaranya
dengan pembicraan yang jujur semantara anda membalasnya dengan kebohongan”. HR.
Abu Dawud.
Pegawai yang dipercayakan
mengurusi kemaslahatan umat, seberapapun tinggi jabatannya dan luas
kekuasaannya harus berlaku jujur dalam perkataan dan perbuatannya, sebab kalau
tidak demikian maka dia telah menipu umat. Hal ini
guna mengamalkan sabda Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian
pasti akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Muttafaq aliahi. Serta menjaga
diri dari tertimpa keburukan sebagaimanna doa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi pejabat yang buruk:
اللهم من ولي من أمر أمتي شيئًا فشقَّ عليهم فاشقق عليه
Ya Allah barangsiapa yang Engkau percayakan mengurusi perkara umatku
ini lalu dia mempersulit urusan tersebut maka persulitlah baginya”. HR. Muslim.
Jujur dalam berkata dan berbuat memberi pengaruh positif bagi kebaikan
pribadi dan masyarakat, dia juga sebagai cahaya bagi orang yang sedang berjalan
di dalam kehidupan yang penuh dengan hiruk pikuk ini, yang akan memberikannya
petunjuk menuju jalan yang lurus, sehingga dengannya dia masuk dalam kelompok
orang-orang yang jujur dan kumpulan orang-orang yang mulia dan orang-orang
shaleh serta akan berada dekat dengan orang-orang yang didekatkan kepada Allah
Ta’ala dan di dalam surga Na’im:
قال الله تعالى: {وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ
عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ
وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقًا}
(النساء: 69)
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. Al-Nisa’: 69).
Dan Allah Ta’ala
telah mempersiapkan bagi orang-orang
yang jujur ampunan dan pahala yang agung dan menjadikan mereka sebagai
hamba-hamba Allah yang beriman. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا} (الأحزاب: 35)
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab: 35).
Sebagaimana hal tersebut
diwasiatkan oleh Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam karena jujur memiliki kedudukan yang tinggi dan dampak
yang positif. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan yang mengarahkan kepada
surga, dan seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha berlaku jujur
sehingga termasuk sebagai orang yang jujur di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla,
dan jauhilah kedustaan, sebab kedustaan tersebut akan mengarahkan kepada
keburukan dan keburukan itu akan membawa kepada neraka, dan seorang lelaki
senantiasa berbohong sehingga dia termasuk sebagai pembohong di sisi Allah”. Muttafaq alaihi.
Apakah ada balasan
yang lebih baik selain surga, dan apakah ada akhir yang lebih indah selain
surga, apakah ada siksa yang lebih buruk dari neraka bagi orang-orang yang
menyombongkan dirinya. Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam telah menafikan adanya kedustaan dari orang yang beriman
dan beliau menjelaskan bahwa tidak berkumpul antara keimanan dan kedustaan di
dalam hati orang yang beriman dan beliau menetapkan bahwa keimanan itu bertolak
belakang dalam hakikat dan realitanya dengan keimanan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, "Seorang yang beriman diberikan segala sifat kecuali khianat
dan dusta”. HR. Ahmad.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, "Apakah
orang yang beriman itu bersifat pengecut?. Beliau menjawab, "Ya.
Dikatakan lagi kepadanya: Apakah dia bersifat pelit?. Beliau menjawab, "Ya.
Dikatakan kepada beliau: Apakah dia berdusta?. Maka beliau menjawab, "Tidak”.
Hal ini
tidak lain kecuali karena dusta adalah sifat yang buruk dan termasuk
kemunafikan.
Wahai
hamba Allah Subhanahu wa ta’alla,
bertaqwalah kepada -Nya dan berlaku
jujurlah di dalam segala sisi kehidupan dan keadaan maka segala perkara kalian
akan menjadi lurus, maka Allah Subhanahu
wa ta’alla akan membuat perkara kalian menjadi baik dan kalian akan sampai
kepada ridha -Nya, Tuhan kalian. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ
أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا}
(الأحزاب: 70، 71)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(QS. Al-Ahzab: 70-71).
Baca juga : Apakah Dzikir Menggunakan Tasbih adalah Bidah?
Semoga
Allah Subhanahu wa ta’alla memberikan
keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan
Allah Shubhanahu wa ta’alla
memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Subhanahu
wa ta’alla Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang
bisa saya sampaikan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta
seluruh kaum muslimin kepada Allah Shubhanahu
wa ta’alla, yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada -Nya
dan bertaubatlah kepada Allah Subhanahu
wa ta’alla, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan kejujuran hak-hak menjadi
terjaga dan jiwa menjadi tentram, dan akan terwujud segala hal yang dibutuhkan
oleh masyarakat di dalam kehidupan mereka berupa keamanan dan kemakmuran serta
kenyamanan.
قال الله تعالى: {فَلَوْ
صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ} (محمد: 21)
Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya
yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS.
Muhamad: 21).
Maka tidak mengherankan
jika sifat jujur ini sebagai dasar bagi sifat para pengemban risalah Allah Subhanahu wa ta’alla, yaitu para
rasul -Nya, para pengikut mereka dengan
kebaikan hingga hari kiamat, mereka adalah kaum yang telah dipersiapkan oleh
Allah Subhanahu wa ta’alla untuk
memimpin manusia secara keseluruhan dan menjadi khilafah di muka bumi ini.
Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَاذْكُرْ
فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا} (مريم: 41)
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di
dalam Al Kitab (Al
Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi
seorang Nabi. (QS. Maryam: 41).
Allah Ta’ala
berfirman:
قال الله تعالى: {وَٱلَّذِي
جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ ٣٣ لَهُم
مَّا يَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمۡۚ ذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٤ لِيُكَفِّرَ
ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ أَسۡوَأَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ وَيَجۡزِيَهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ
ٱلَّذِي كَانُواْ يَعۡمَلُونَ} (الزمر:
33- 35)
Dan orang yang membawa kebenaran
(Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah
balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah akan menutupi (mengampuni)
bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas
mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Az zumar: 33-35 ).
قال الله تعالى: {يَوْمُ
يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
(المائدة: 119)
"Suatu hari yang bermanfaat
bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya; Allah ridha
terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar".
(QS. Al-Maidah: 119).
Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla, bertaqwa
dan jujurlah kepada -Nya niscaya kalian akan berlaku jujur, jujurlah kepada
Allah Subhanahu wa ta’alla
dalam keyakinan, perkataan dan perbuatan serta pergaulan kalian
niscaya kalian akan mendapat balasan atas kejujuran kalian, kalian akan masuk
ke dalam tempat yang benar dan keluar dari tempat yang benar dan Allah akan
menjadi penolong bagi kalian, selain itu kalian akan selamat dari sifat
orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok mereka yang terjerumus ke dalam
kerak api neraka yang paling dalam dan kalian tidak akan mendapatkan bagi
mereka seorang penolongpun, yaitu orang-orang yang hanya berkata dengan
mulut-mulut mereka apa-apa yang tidak ada di dalam hati-hati mereka.
Baca juga : Apa Hukum Menghina dan Melecehkan Agama?
Hanya ini yang bisa aku sampaikan, ucapkanlah shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam, pembawa berita gembira dan ancaman sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’alla
memerintahkan hal yang demikian itu.
Posting Komentar untuk "Perintah Berkata Jujur dan Larangan Berkata Bohong"