Cara MPASI yang Baik, Permasalahan Pemberian Gizi Makanan pada Bayi
Permasalahan dalam Pemberian Makan Bayi
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MPASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan makanan, tapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa permasalahan dalam pemberian makan bayi, antara lain (Depkes RI, 1992) :
a) Pemberian makan pralaktal (makan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, madu, pisang yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi.
b) Kolostrum dibuang
Masih banyak ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental, dan berwarna kekunung-kuningan. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi.
c) Penggunaan satu payudara
Menyusui hanya dengan satu payudara berarti tidak memanfaatkan ASI secara optimal karena ASI yang dikonsumsi tidak cukup. Selain itu, kombinasi pemberian ASI dan MPASI yang tidak tepat dalam kuantitas dan kualitas juga dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi.
i) Penyapihan terlalu dini
Di daerah semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan penyapihan terlalu dini pada ibu-ibu yang sibuk bekerja. Hal ini salah satu penyebab konsumsi energi dan zat gizi anak rendah, disisi lain ditambah dengan pemberian MPASI pada anak kurang diperhatikan.
j) Status gizi pada umumnya menurun mulai umur 6 bulan
Ibu kurang menyadari bahwa setelah berumur 6 bulan bayi memerlukan MPASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur dan kemampuan alat cernanya, ditambah lagi dengan produksi ASI yang semakin menurun, keadaan ini akan mengakibatkan semakin menurunnya status gizi anak .
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MPASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan makanan, tapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa permasalahan dalam pemberian makan bayi, antara lain (Depkes RI, 1992) :
a) Pemberian makan pralaktal (makan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, madu, pisang yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi.
b) Kolostrum dibuang
Masih banyak ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental, dan berwarna kekunung-kuningan. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi.
c) Penggunaan satu payudara
Menyusui hanya dengan satu payudara berarti tidak memanfaatkan ASI secara optimal karena ASI yang dikonsumsi tidak cukup. Selain itu, kombinasi pemberian ASI dan MPASI yang tidak tepat dalam kuantitas dan kualitas juga dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi.
Baca juga : Bungkil Kedelai Bahan Pakan Ternak Konsentrat Protein Nabati
d) Pemberian MPASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MPASI yang terlalu dini menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan resiko bayi mengalami gangguan pencernaan/diare, sedangkan jika pemebrian MPASI terlambat dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi, karena kebutuhan bayi tidak tercukupi jika hanya diberi ASI.
e) MPASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MPASI sejak usia 6 bulan sering tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya, salah satu penyebabnya yaitu adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan adanya kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak menyebabkan anak kekurangan gizi terutama protein dan beebrapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
f) Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6-12 bulan, banyak ibu yang memberikan ASI setelah bayi diberi MPASI, hal ini menyebabkan ASI kurang dikonsumsi karena bayi sudah merasa kenyang oleh MPASI yang diberiakan lebih dulu. Padahal pada periode ini, ASI masih merupakan makanan utama bagi bayi, karena zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi diperoleh dari ASI.
g) Frekuensi pemberian MPASI kurang
Kurangnya frekuensi pemebrian MPASI kepada bayi dapat menyebabkan kebutuhan bayi tidak terpenuhi sehingga berakibat kurang gizi pada bayi. Frekuensi pemberian MPASI pada bayi disesuaikan dengan umur dan keadaan bayi.
h) Makanan selingan kurang bergizi
Kebanyakan ibu menganggap makanan selinganhanya sebagai sarana agar anak tidak rewel dan tidak mengganggu ibu waktu bekerja. Kurangnya perhatian ibu terhadap nilai gizi makanan selingan berakibat pemberian makanan selingan tidak memenuhi tujuannya, yaitu melengkapi konsumsi zat gizi bayi.
d) Pemberian MPASI terlalu dini atau terlambat
Pemberian MPASI yang terlalu dini menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan resiko bayi mengalami gangguan pencernaan/diare, sedangkan jika pemebrian MPASI terlambat dapat menyebabkan bayi mengalami kurang gizi, karena kebutuhan bayi tidak tercukupi jika hanya diberi ASI.
e) MPASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MPASI sejak usia 6 bulan sering tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya, salah satu penyebabnya yaitu adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan adanya kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak menyebabkan anak kekurangan gizi terutama protein dan beebrapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
f) Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6-12 bulan, banyak ibu yang memberikan ASI setelah bayi diberi MPASI, hal ini menyebabkan ASI kurang dikonsumsi karena bayi sudah merasa kenyang oleh MPASI yang diberiakan lebih dulu. Padahal pada periode ini, ASI masih merupakan makanan utama bagi bayi, karena zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi diperoleh dari ASI.
g) Frekuensi pemberian MPASI kurang
Kurangnya frekuensi pemebrian MPASI kepada bayi dapat menyebabkan kebutuhan bayi tidak terpenuhi sehingga berakibat kurang gizi pada bayi. Frekuensi pemberian MPASI pada bayi disesuaikan dengan umur dan keadaan bayi.
h) Makanan selingan kurang bergizi
Kebanyakan ibu menganggap makanan selinganhanya sebagai sarana agar anak tidak rewel dan tidak mengganggu ibu waktu bekerja. Kurangnya perhatian ibu terhadap nilai gizi makanan selingan berakibat pemberian makanan selingan tidak memenuhi tujuannya, yaitu melengkapi konsumsi zat gizi bayi.
i) Penyapihan terlalu dini
Di daerah semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan penyapihan terlalu dini pada ibu-ibu yang sibuk bekerja. Hal ini salah satu penyebab konsumsi energi dan zat gizi anak rendah, disisi lain ditambah dengan pemberian MPASI pada anak kurang diperhatikan.
j) Status gizi pada umumnya menurun mulai umur 6 bulan
Ibu kurang menyadari bahwa setelah berumur 6 bulan bayi memerlukan MPASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur dan kemampuan alat cernanya, ditambah lagi dengan produksi ASI yang semakin menurun, keadaan ini akan mengakibatkan semakin menurunnya status gizi anak .
Baca juga : Inspirasi dari Bong Candra Motivator Muda Sukses Asia
k) Kurangnya kebersihan
Masih banyak ibu yang menyuapi anaknya dengan tangan / tidak dengan sendok tanpa mencuci tanagn terlebih dahulu. Selain itu, dalam menyimpan makanan matang tanpa tutup / tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh.
k) Kurangnya kebersihan
Masih banyak ibu yang menyuapi anaknya dengan tangan / tidak dengan sendok tanpa mencuci tanagn terlebih dahulu. Selain itu, dalam menyimpan makanan matang tanpa tutup / tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh.
Posting Komentar untuk "Cara MPASI yang Baik, Permasalahan Pemberian Gizi Makanan pada Bayi"