Makanan Pendamping ASI, Tahapan Pemberian Makan Untuk Bayi Usia 0-12 Bulan
Kebersihan Makanan Pendamping ASI
Menurut Tuti Soenardi (2010) Kebersihan makanan pendamping ASI perlu mendapat perhatian khusus. Makanan pendamping ASI yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada bayi. Makanan yang tercemar bisa disebabkan oleh debu dan binatang seperti lalat, kecoa, semut, atau bahkan tikus. Sedangkan kebersihan si pembuat makanan serta peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan sebagainya sangat menentukan bersih dan aman tidaknya makanan untuk dikonsumsi bayi.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Simpan MPASI dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan binatang.
b. Alat makan dan memasak harus bersih
c. Ibu atau anggota keluarga yang memeberikan makanan pendamping ASI harus mencuci tangan dengan sabun sebelum memberikan makan.
d. Semua makanan yang diberikan pada bayi baik makanan utama maupun selingan sebaiknya dibuat sendiri, agar kebersihan dan keamanannya baik dari unsur fisik, kimi, dan mikrobiologis dapat terkontrol.
Baca juga : Tips Agar Anak Tidak Bosan Belajar di Rumah
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makan, makanan bayi umur 0-12 bulan, dibagi menjadi 2 tahap :
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan
Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemebrian ASI dilakukan segera setelah lahir, ASI yang pertama kali keluar adalah berwarna kekuning-kuningan (kolostrum), kolostrum kaya akan zat anti bodi. Berikan ASI sesering yang diinginkan anak, sekurangnya 8 kali dalam 24 jam (Depkes RI, 1992).
Pada umumnya bayi yang baru lahir memepunyai jadwal makan yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai 12 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Pada masa itu mungkin ibu perlu diyakinkan bahwa dengan frekuensi minum yang banyak si bayi harus mempunyai jadwal minum yang teratur dan tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam jangka waktu 3 jam sehabis menyusu. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak anatara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu si ibu meningkat (Steven, 2005).
b. Makanan bayi umur 6-12 bulan
Pada saat seorang bayi bertumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai usia tertentu dan pemenuhan nutrisinya tidak cukup hanya dengan asupan ASI, karena ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Makanan pendamping ASI perlu diberikan untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Disamping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti, 2006).
Tahapan Pemberian Makan Untuk Bayi Usia 0-12 Bulan
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makan, makanan bayi umur 0-12 bulan, dibagi menjadi 2 tahap :
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan
Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemebrian ASI dilakukan segera setelah lahir, ASI yang pertama kali keluar adalah berwarna kekuning-kuningan (kolostrum), kolostrum kaya akan zat anti bodi. Berikan ASI sesering yang diinginkan anak, sekurangnya 8 kali dalam 24 jam (Depkes RI, 1992).
Pada umumnya bayi yang baru lahir memepunyai jadwal makan yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai 12 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Pada masa itu mungkin ibu perlu diyakinkan bahwa dengan frekuensi minum yang banyak si bayi harus mempunyai jadwal minum yang teratur dan tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam jangka waktu 3 jam sehabis menyusu. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak anatara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu si ibu meningkat (Steven, 2005).
b. Makanan bayi umur 6-12 bulan
Pada saat seorang bayi bertumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai usia tertentu dan pemenuhan nutrisinya tidak cukup hanya dengan asupan ASI, karena ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Makanan pendamping ASI perlu diberikan untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Disamping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti, 2006).
Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna bayi sudah semakin kuat. Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan, proses tetap dilanjutkan. Sebagai tahap awal, perkenalkanlah bubur dan sari buah dua kali sehari sebanyak 1-2 sendok makan penuh. Apabila dalam tahap awal ini diperkenalkan bubur maka harus berupa bubur saring. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat laun harus ditingkatkan.
Baca juga : Solusi Masalah Minimnya Bahan Pakan Unggas di Pasaran
Menginjak umur 7-8 bulan porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan, paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring, apabila bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti kering atau pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004).
Usia 9 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan yang lebih padat dalam bentuk makanan lembek (nasi tim bayi). Berikan nasi tim bayi sekurang-kurangnya 3 kali sehari. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat gizi lemak, seperti santan / minyak kelapa / margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memeberikan rasa enak juga memepertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak (Depkes RI, 1992).
Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan kemakanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu bayi perlu diperkenalkan dengnan beranekaragam bahan makanan. Makanan bayi harus terdiri dari makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak, dan buah-buahan. Campurkanlah kedalam bahan makan lembek berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari (Depkes RI, 1992).
Menginjak umur 7-8 bulan porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan, paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring, apabila bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti kering atau pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004).
Usia 9 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan yang lebih padat dalam bentuk makanan lembek (nasi tim bayi). Berikan nasi tim bayi sekurang-kurangnya 3 kali sehari. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat gizi lemak, seperti santan / minyak kelapa / margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memeberikan rasa enak juga memepertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak (Depkes RI, 1992).
Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan kemakanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu bayi perlu diperkenalkan dengnan beranekaragam bahan makanan. Makanan bayi harus terdiri dari makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak, dan buah-buahan. Campurkanlah kedalam bahan makan lembek berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari (Depkes RI, 1992).
Baca juga : Perbedaan Penting antara Guru PNS dan Honorer
Panduan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi menurut S. Rum dkk (2008) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
James Akre (1990), menyatakan bahwa kebutuhan energi dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat masukan energi yang diperoleh dari makanan yang akan mengimbangi pengeluaran atau pemakaian energi oleh tubuh yang sehat. Pemakaian energi antara lain untuk metabolism basal, penggunaan energi untuk aktivitas tubuh, dan beban energi untuk pengolahan dan penggunaan makanan.
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan. Kebutuhan energi bayi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata perhari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Panduan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi menurut S. Rum dkk (2008) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kecukupan Gizi Bayi
James Akre (1990), menyatakan bahwa kebutuhan energi dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat masukan energi yang diperoleh dari makanan yang akan mengimbangi pengeluaran atau pemakaian energi oleh tubuh yang sehat. Pemakaian energi antara lain untuk metabolism basal, penggunaan energi untuk aktivitas tubuh, dan beban energi untuk pengolahan dan penggunaan makanan.
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan. Kebutuhan energi bayi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata perhari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk anak diharapkan dapat terpenuhi dari ASI dan makanan tambahan yang dikonsumsi setiap hari. Bagi anak yang sudah tidak diberi ASI, untuk memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan, biasanya dilakukan dengan cara memberikan berbagai jenis makanan yang bermutu, bernilai gizi tinggi, serta dapat diterima dan disukai anak. Dengan tersedianya angka kecukupan gizi akan mempermudah berbagai pihak untuk menyusun campuran makanan bergizi yang akan diberikan pada anak. Apabila seseorang anak mendapat makanan yang kurang memenuhi kecukupan yang dianjurkan, maka anak yang bersangkutan lambat laun akan menderita kekurangan gizi (Krisnatuti, 2000).
Baca juga : Apa itu Pendidikan 4.0? Pembelajaran 4.0 atau 2.0?
Energi dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi, terutama jika sumber lain sangat terbatas. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh, atau menghitung secara langsung konsumsi energi tersebut (yang hilang dan terpakai). Namun cara yang terbaik adalah dengan mengamati pola pertumbuhan yang meliputi berat dan tinggi badan, lingkar kepala, kesehatan dan kepuasan bayi (Arisman, 2004).
Energi dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi, terutama jika sumber lain sangat terbatas. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh, atau menghitung secara langsung konsumsi energi tersebut (yang hilang dan terpakai). Namun cara yang terbaik adalah dengan mengamati pola pertumbuhan yang meliputi berat dan tinggi badan, lingkar kepala, kesehatan dan kepuasan bayi (Arisman, 2004).
Posting Komentar untuk "Makanan Pendamping ASI, Tahapan Pemberian Makan Untuk Bayi Usia 0-12 Bulan"