Pola Asuh Makan Bayi dan Hubungannya dengan Tingkat Pendidikan Ibu

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola Asuh Makan Bayi

Menurut hasil penelitian Atiq Supriatin (2003) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh makan dan hubungannya dengan status gizi balita di Desa Cijedil dan Gasol Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa pola asuh makan yang baik terdapat pada ibu yang berpengetahuan gizi kurang. Sedangkan ibu yang berpengetuhuan gizi baik mempunyai pola asuh makan yang kurang dan sedang. Hal ini berarti tidak terdapat kecenderungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan pola asuh makan, karena salah satu faktor yang terdapat pada pola asuh makan adalah penyediaan makanan, dan faktor yang terkait dengan penyediaan makanan tidak hanya tingkat pengetahuan gizi tetapi didukung juga oleh ketersediaan dan daya beli dalam rumah tangga.

Beberapa penelitian mengemukakan, dengan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu diharapkan ibu dapat memahami dan menerapkannya dalam pengasuhan makan anak seperti dalam pemberian makan.

 

Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Pola Asuh Makan Bayi

Menurut hasil penelitian Fivi (2004) menunjukkan bahwa pola asuh makan yang baik lebih tinggi persentasenya pada responden yang ibunya tidak bekerja dari pada ibu yang bekerja. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Harahap (1992), yang mengemukakan bahwa salah satu dampak negatif yang ditimbulkan sebagai akibat dari bekerjanya ibu diluar rumah adalah keterlantaran anak, sebab anak bergantung pada pengasuhnya (anggota keluarga lain).

Baca juga : Keuntungan Promosi Produk dengan Cara Endorse   

Demikian juga yang dikemukakan Luciasari (1995), bahwa ibu yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki waktu yang lebih terbatas untuk melaksanakan tugas rumah tangga dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pola Asuh Makan Bayi

Menurut soetjiningsih (1995), pendidikan orang tua terutama ibu sangat berperan dalam pola asuh anak, pendidikan yang baik akan memperoleh segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik dan menjaga kesehatan anak yang nantinya akan berpengaruh terhadap pola asuh makan dan berdampak terhadap status gizi anak.

Hasil penelitian Dewi (1997) menyatakan bahwa pendidikan ibu berhubungan positif nyata dengan pola asuh makan. Menurut Engle, Haddad dan Menon(1997) pendidikan ibu seringkali berhubungan dengan komitmen yang lebih baik dalam pengasuhan anak. Ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung mempunyai komitmen dalam usaha penyediaan waktu yang lebih banyak dalam pengasuhan makan anak di bandingkan dengan yang bependidikan rendah.

Hubungan antara Pola Asuh Makan Bayi dengan Tingkat Konsusmsi Energi Bayi

Anak yang memperoleh pola asuh makan yang kurang baik, cenderung mengalami kesulitan makan dan berakibat pada berkurangnya tingkat konsumsi baik energi maupun protein. Apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama maka dapat memepengaruhi status gizinya. Sedangkan anak yang memepunyai pola asuh makan yang baik maka tingkat konsumsinya juga akan baik dan kebutuhan gizinya akan terpenuhi sehingga statsu gizinyapun menjadi baik (UNICEF, 1997).

Hubungan antara Tingkat Konsumsi Energi Bayi dengan Status Gizi Bayi

Status gizi manusia selain ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan juga tingkat konsumsi zat gizi dalam makanan sehari-hari. Hartati (2006) menyatakan bahwa tingkat konsumsi energi kurang mempunyai resiko 12 kali menjadi kurus dibandingkan anak dengan tingkat konsumsi energi baik.

Baca juga : Pakan Unggas Hijauan Segar (Pasture)   

Sementara itu penelitian Handono (2010) mengatakan bahwa ada hubungan positif antara tingkat konsumsi energi dan status gizi balita. Semakin tingkat konsumsi energi baik maka status gizi balita semakin baik. Dalam pencapaian konsumsi yang adekuat, maka dua faktor yang terpenting yang dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi sehari-hari yaitu pengetahuan gizi dan tersedianya pangan.