Populasi Ikan Layur di Perairan Pelabuhan Ratu di Indonesia
Perairan ini memiliki potensi perikanan tangkap yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis ikan dan crustacea yang tertangkap di perairan Palabuhanratu yang mencapai 49 jenis dengan nilai produksi rata-rata mencapai 123,6 ton per tahun (PPN Palabuhanratu, 2021). Ikan layur merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting yang tertangkap di Palabuhanratu dan selalu tersedia tanpa mengenal musim.
Baca juga : Manfaat Antibiotik Feed Additif pada Peternakan
Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung (Ariidae) (Dwiponggo dkk., dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun 2007-2021 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 14 tahun tersebut, tercatat hanya di tahun 2009 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya memperlihatkan peningkatan total produksi.
Penelitian mengenai sumberdaya hayati ikan layur di Indonesia masih sangat sedikit terlebih lagi penelitian tentang sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi ciri morfometrik-meristik ikan layur. Penelitian yang telah dilakukan terhadap ikan ini diantaranya adalah pendugaan parameter biologi Trichiurus lepturus di Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur (Herianti dkk., 1992); perbedaaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan layur di Prigi, Kabupaten Trenggalek (Rochmawati, 2004); pengaruh penggunaan alat bantu cahaya (Stick Light) pada rawai vertikal terhadap hasil tangkapan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat (Yudistira, 2007).
Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrikmeristik perlu dilakukan.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal (Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah ikan layur. Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu.
Ikan ini termasuk ke dalam kelompok ikan komersial kedua di bawah ikan komersial utama seperti kerapu (Serranidae), bawal putih (Pampus spp.), dan manyung (Ariidae) (Dwiponggo dkk., dalam Prayitno, 2006). Berdasarkan data tahun 2007-2021 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Dalam kurun waktu 14 tahun tersebut, tercatat hanya di tahun 2009 yang mengalami penurunan total produksi. Sedangkan selebihnya memperlihatkan peningkatan total produksi.
Penelitian mengenai sumberdaya hayati ikan layur di Indonesia masih sangat sedikit terlebih lagi penelitian tentang sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi ciri morfometrik-meristik ikan layur. Penelitian yang telah dilakukan terhadap ikan ini diantaranya adalah pendugaan parameter biologi Trichiurus lepturus di Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur (Herianti dkk., 1992); perbedaaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan layur di Prigi, Kabupaten Trenggalek (Rochmawati, 2004); pengaruh penggunaan alat bantu cahaya (Stick Light) pada rawai vertikal terhadap hasil tangkapan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat (Yudistira, 2007).
Minimnya informasi tentang sumberdaya ikan layur menjadi penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian tentang informasi dasar biologi perikanan seperti sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan deskripsi karakter morfometrikmeristik perlu dilakukan.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan sektor perikanan karena didukung oleh perairan yang luas dan sumberdaya hayati yang beragam. Sumberdaya perikanan Indonesia terdiri dari lima kelompok yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias, dan ikan demersal (Dahuri, 2003). Dari lima kelompok sumberdaya tersebut, ikan demersal memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu jenis ikan demersal yang memiliki penyebaran luas dan potensi pemanfatan yang cukup tinggi adalah ikan layur. Salah satu daerah penyebaran ikan layur adalah perairan Palabuhanratu.
Baca juga : Manfaat dan Kandungan Gizi Rumput sebagai Makanan Ternak
Berdasarkan data tahun 2007-2021 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2007-2021, tercatat hanya tahun 2009 yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi terkait dengan sumberdaya ikan layur. Sayangnya informasi tentang ikan layur masih sangat minim terlebih tentang informasi dasar biologi perikanan.
Beberapa informasi yang masih minim diantaranya mengenai sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan ciri morfometrik-meristik. Sebaran frekuensi panjang dapat digunakan untuk melihat kelompok ukuran dan kisaran panjang ikan layur yang tertangkap. Hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan dari ikan layur. Sedangkan ciri morfometrik-meristik dapat dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.
Berdasarkan data tahun 2007-2021 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Total produksinya juga terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2007-2021, tercatat hanya tahun 2009 yang mengalami penurunan total produksi. Mengingat potensi ekonomi dan ekologi dari ikan ini maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan layur sehingga didapatkan pemanfaatan yang optimal namum tetap memperhatikan kelestariannya. Pengelolaan yang tepat membutuhkan berbagai informasi terkait dengan sumberdaya ikan layur. Sayangnya informasi tentang ikan layur masih sangat minim terlebih tentang informasi dasar biologi perikanan.
Beberapa informasi yang masih minim diantaranya mengenai sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, dan ciri morfometrik-meristik. Sebaran frekuensi panjang dapat digunakan untuk melihat kelompok ukuran dan kisaran panjang ikan layur yang tertangkap. Hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan dari ikan layur. Sedangkan ciri morfometrik-meristik dapat dijadikan acuan dalam proses identifikasi genus maupun spesies. Informasi yang didapat diharapkan dapat menjadi dasar dalam penentuan pengelolaan sumberdaya ikan layur khususnya di daerah Palabuhanratu.
Baca juga : Nutrisi Biji Lamtoro sebagai Pakan Ternak
Posting Komentar untuk "Populasi Ikan Layur di Perairan Pelabuhan Ratu di Indonesia"