Waham Halusinasi, Pengertian dan Teori Biologis, Psikososial dan Interpersonal
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).
Baca juga : Buya Hamka Tokoh Muslim yang Suka Membaca Buku
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit yang mendalam (kartono, 1981).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas negara ( Sartorius & jablonsky, 1974 dalam Davison, 2006).
Dari urain diatas, mengingat betapa banyaknya pendererita yang mengalami gangguan proses fikir: Waham, kita tidak bisa memandanganya sebelah mata, serta dengan melihat betapa besar peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini kami selaku kelompok mengankat materi tentang gangguan proses fikir: Waham.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dam beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015, p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penelitian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dalam Yosep, 2010, p238).
Etiologi dari waham yang dijelaskan dalam buku Diagnosa Keperawatan Psikiatri oleh M.C. Townsend etrdapat enpat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan kejiwaan (Heston,1997; Gottesman, 1978; di dalam Townsend, 1998). Tampak bahwa individu-individu yang berada dalam resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada pemelitian baru yang mengatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan mempelihatkan adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel piramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam Townsend 1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend, 1998). Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu huhungan orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan, 1953, dalam Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu hubungan yang intim/akrab.
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit yang mendalam (kartono, 1981).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita. Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas negara ( Sartorius & jablonsky, 1974 dalam Davison, 2006).
Dari urain diatas, mengingat betapa banyaknya pendererita yang mengalami gangguan proses fikir: Waham, kita tidak bisa memandanganya sebelah mata, serta dengan melihat betapa besar peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini kami selaku kelompok mengankat materi tentang gangguan proses fikir: Waham.
Definisi Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dam beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015, p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penelitian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dalam Yosep, 2010, p238).
Baca juga : Tips Meningkatkan Daya Imajinasi Anak Usia Dini
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).
Etiologi Waham
Etiologi dari waham yang dijelaskan dalam buku Diagnosa Keperawatan Psikiatri oleh M.C. Townsend etrdapat enpat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan kejiwaan (Heston,1997; Gottesman, 1978; di dalam Townsend, 1998). Tampak bahwa individu-individu yang berada dalam resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada pemelitian baru yang mengatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan mempelihatkan adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel piramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam Townsend 1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend, 1998). Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu huhungan orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan, 1953, dalam Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu hubungan yang intim/akrab.
Baca juga : Tips Meningkatkan Kreativitas Anak di Usia Dini
4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak dan orangtua. Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan segemn “id” dama kepribadian.
4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak dan orangtua. Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan segemn “id” dama kepribadian.
Posting Komentar untuk "Waham Halusinasi, Pengertian dan Teori Biologis, Psikososial dan Interpersonal"