7 Faktor Penyebab Rematik di Usia Muda dan Lansia, Kenali Gejala dan Ciri-cirinya
Tinjauan Umum Tentang Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Penyakit Rematik
Penyebab reumatik sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Namun, selain faktor penyebab ada beberapa faktor predisposisi yang memberikan kontribusi terjadinya penyakit ini antara lain faktor usia, makanan, aktivitas fisik, hormon, riwayat trauma, psikologis, dan radikal bebas (Bangun, A.P., 2008) . Selengkapnya akan disajikan sebagai berikut :
1. Faktor Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya reumatik.
Dengan bertambahnya usia, cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi kaku dan mulai sakit digerakan.
Baca juga : Obat Gubal dan Simplisia, Pengertian dan Jenis-jenisnya
Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang. Sendi memiliki cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.
Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan bergerak dan semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Aktivitas merupakan tanda kesehatan dimana adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan berkerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal ( Fitriyani, 2006 ).
Menurut Priharjo (1993 ) Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga. Bagi para lansia aktivitas fisik sangat penting karena dengan mampu beraktivitas, para lansia dapat mempertahankan kualitas hidup mereka agar tetap sehat (Soni P., 2010).
Ada beberapa aktivits fisik yang dapat dilakukan lansia untuk mempertahankan tubuh, yaitu ;
a. Latihan Pertahanan ( Resistance Training )
Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas lingkup gerak sendi ( range of motion ) dan aktivitas fisik bersifat ketahanan , dapat membantu jantung, otot, paru-paru, otot, dan sirkulasi darah tetap sehat dan membantu mereka tetap bertenaga. Contohnya : berjalan dan lari ringan, senam lansia, dll.
b. Daya Tahan
Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (tulang keropos).
c. Kelenturan
Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak terjadi pembatasan ruang lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur, dan sendi berfungsi baik. Contohnya : menyiram bunga, senam aerobik lansia.
d. Keseimbangan
Keseimbangan pada lansia harus diperhatikan karena gangguan pada lansia saat melakukan kegiatan dapat menyebabkan lansian terjatuh.
Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang. Sendi memiliki cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.
2. Faktor Aktivitas Fisik
Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan bergerak dan semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Aktivitas merupakan tanda kesehatan dimana adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan berkerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal ( Fitriyani, 2006 ).
Menurut Priharjo (1993 ) Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga. Bagi para lansia aktivitas fisik sangat penting karena dengan mampu beraktivitas, para lansia dapat mempertahankan kualitas hidup mereka agar tetap sehat (Soni P., 2010).
Ada beberapa aktivits fisik yang dapat dilakukan lansia untuk mempertahankan tubuh, yaitu ;
a. Latihan Pertahanan ( Resistance Training )
Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas lingkup gerak sendi ( range of motion ) dan aktivitas fisik bersifat ketahanan , dapat membantu jantung, otot, paru-paru, otot, dan sirkulasi darah tetap sehat dan membantu mereka tetap bertenaga. Contohnya : berjalan dan lari ringan, senam lansia, dll.
b. Daya Tahan
Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (tulang keropos).
c. Kelenturan
Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak terjadi pembatasan ruang lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur, dan sendi berfungsi baik. Contohnya : menyiram bunga, senam aerobik lansia.
d. Keseimbangan
Keseimbangan pada lansia harus diperhatikan karena gangguan pada lansia saat melakukan kegiatan dapat menyebabkan lansian terjatuh.
Baca juga : Penyakit Ascites dan Udema, Penyebab, Terapi, Teori dan Komplikasi
Penderita reumatik harus mampu menyeimbangkan kehidupannya antara isirahat dan beraktivitas. Istirahat berlebihan atau jarang beraktivitas tidak diperbolehkan, karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi dan juga seseorang yang tidak melakukan aktivitas aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan. Lakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh, seperti : olahraga secara teratur setelah bangun pagi, seperti berjalan kaki, senam pernapasan dan sejenisnya, dan dilakukan secara rutin. Olahraga aerobik saja tidak cukup, perlu diikuti dengan latihan kekuatan, dan akan lebih sempurna lagi bila ditambah dengan latihan perimbangan dan latihan peregangan. Selain itu, berolahraga jalan kaki dan jogging juga sangat baik untuk kebugaran tubuh dan relatif aman bagi para lansia karena menghindari risiko cedera lutut. Para lansia yang sebelumnya tidak pernah berolahraga, disarankan agar latihan dilakukan secara bertahap, baik intensitas, lama, dan frekuensi. Tujuannya, memberi kesempatan tubuh beradaptasi pada beban latihannya. Latihan olahraga untuk para lansia juga harus dilakukan dengan takaran cukup (Soni P., 2010).
Aktivitas yang berlebihan bagi para usia lanjut tidak diperkenankan, seperti berjalan jauh ( 2 km atau lebih ), mengangkat yang berat, olahraga yang berlebihan dan juga pada sikap atau posisi badan yang salah saat melakukan pekerjaan akan memudahkan timbulnya reumatik. Misalnya, posisi badan sering membungkuk dalam melakukan pekerjaan membuat pinggang sakit. Aktivitas sendi berlebihan dapat menekan sendi, terutama aktivitas yang berhubngan dengan kerja sendi.
Gerakan-gerakan penuh tekanan secara berulang (misalnya jongkok atau berlutut dengan mengangkat beban berat) dapat berkontribusi pada deteriorasi kartolago (rawan sendi).
Trauma berasal dari kata yunani “tramatos” yang berarti luka dari sumber luar. Trauma diartikan sebagai luka emosi dan fisik yang disebabkan oleh keadaan yang mengancam diri.
Trauma akut yang terjadi pada persendian termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya reumatik. Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma pada daerah persendian memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita reumatik (Eka P., 2007).
Reumatik banyak terdapat pada lansia yang mempunyai riwayat sebagai pekerja keras ataupun atlit keras. Penggunaan sikap atau posisi tubuh yang kurang baik juga mempengaruhi terjadinya reumatik, seperti posisi pekerjaan yang sering membungkuk, para kuli, petani dan yang bekerja ditambang. Pekerjaan sebagai atlit tidak jarang sering terjadi riwayat trauma, terutama bagi mereka mantan atlit tinju, pemain tennis, lari maraton, dll (Eka P., 2007)
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olahraga atau kegiatan lain juga berisiko terkena reumatik ; gerakan kejut (misalnya tiba-tiba jatuh atau terhentak), Sikap tubuh atau posisi yang salah, trauma terkilir, benturan saat olahraga Cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik. Karena itu, sebelum berolahraga sangat dianjurkan melakukan pemanasan yang bertujuan melenturkan otot dan sendi sehingga cidera dapat dihindarkan. Adanya Riwayat trauma pada sendi merupakan faktor yang dapat menimbulkan penyakit reumatik hal ini diakibatkan oleh menurunya kelenturan dan elastisitas sendi yakni kartilago dan juga sinovial pada sendi mengalami penurunan fungsi. Penurunan elastisitas sendi dan deteriorasi kartilago inilah yang menyebabkan intensitas nyeri yang sering atau menetap pada sendi.
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi.
Penderita reumatik harus mampu menyeimbangkan kehidupannya antara isirahat dan beraktivitas. Istirahat berlebihan atau jarang beraktivitas tidak diperbolehkan, karena dapat mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi dan juga seseorang yang tidak melakukan aktivitas aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan. Lakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh, seperti : olahraga secara teratur setelah bangun pagi, seperti berjalan kaki, senam pernapasan dan sejenisnya, dan dilakukan secara rutin. Olahraga aerobik saja tidak cukup, perlu diikuti dengan latihan kekuatan, dan akan lebih sempurna lagi bila ditambah dengan latihan perimbangan dan latihan peregangan. Selain itu, berolahraga jalan kaki dan jogging juga sangat baik untuk kebugaran tubuh dan relatif aman bagi para lansia karena menghindari risiko cedera lutut. Para lansia yang sebelumnya tidak pernah berolahraga, disarankan agar latihan dilakukan secara bertahap, baik intensitas, lama, dan frekuensi. Tujuannya, memberi kesempatan tubuh beradaptasi pada beban latihannya. Latihan olahraga untuk para lansia juga harus dilakukan dengan takaran cukup (Soni P., 2010).
Aktivitas yang berlebihan bagi para usia lanjut tidak diperkenankan, seperti berjalan jauh ( 2 km atau lebih ), mengangkat yang berat, olahraga yang berlebihan dan juga pada sikap atau posisi badan yang salah saat melakukan pekerjaan akan memudahkan timbulnya reumatik. Misalnya, posisi badan sering membungkuk dalam melakukan pekerjaan membuat pinggang sakit. Aktivitas sendi berlebihan dapat menekan sendi, terutama aktivitas yang berhubngan dengan kerja sendi.
Gerakan-gerakan penuh tekanan secara berulang (misalnya jongkok atau berlutut dengan mengangkat beban berat) dapat berkontribusi pada deteriorasi kartolago (rawan sendi).
3. Faktor Riwayat Trauma
Trauma akut yang terjadi pada persendian termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya reumatik. Studi Framingham menemukan bahwa orang dengan riwayat trauma pada daerah persendian memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita reumatik (Eka P., 2007).
Reumatik banyak terdapat pada lansia yang mempunyai riwayat sebagai pekerja keras ataupun atlit keras. Penggunaan sikap atau posisi tubuh yang kurang baik juga mempengaruhi terjadinya reumatik, seperti posisi pekerjaan yang sering membungkuk, para kuli, petani dan yang bekerja ditambang. Pekerjaan sebagai atlit tidak jarang sering terjadi riwayat trauma, terutama bagi mereka mantan atlit tinju, pemain tennis, lari maraton, dll (Eka P., 2007)
Cidera yang terjadi karena aktivitas, seperti olahraga atau kegiatan lain juga berisiko terkena reumatik ; gerakan kejut (misalnya tiba-tiba jatuh atau terhentak), Sikap tubuh atau posisi yang salah, trauma terkilir, benturan saat olahraga Cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik. Karena itu, sebelum berolahraga sangat dianjurkan melakukan pemanasan yang bertujuan melenturkan otot dan sendi sehingga cidera dapat dihindarkan. Adanya Riwayat trauma pada sendi merupakan faktor yang dapat menimbulkan penyakit reumatik hal ini diakibatkan oleh menurunya kelenturan dan elastisitas sendi yakni kartilago dan juga sinovial pada sendi mengalami penurunan fungsi. Penurunan elastisitas sendi dan deteriorasi kartilago inilah yang menyebabkan intensitas nyeri yang sering atau menetap pada sendi.
4. Faktor Hormon
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi didalam nutrisi.
Baca juga : Obat Tradisional, Pengertian, Jenis dan Bentuk-bentuknya
Pada osteoporosis atau penyakit keropos tulang merupakan jenis reumatik yang banyak dirasakan wanita setelah menopouse. Kurangnya hormon estrogen setelah menopouse memperburuk masa tulang yang sudah berkurang karena usia. Hormon estrogen (hormon utama pada wanita), membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Begitu juga faktor kegemukan memberikan beban berlebih pada tulang. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya reumatik baik pada wanita maupun pada pria. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan sendi.
Tidak semua jenis reumatik dipengaruhi oleh faktor makanan. Reumatik gout atau asam urat merupakan satu-satunya jenis reumatik yang serangannya sangat dipengaruhi oleh pola makanan. Jenis makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat yaitu mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung purin, seperti : jeroan, bayam, mentega, makanan laut, kacang-kacangan, daging, tape, jengkol, santan, alpukat, sarden, dan alkohol (Misnadiarly, 2007).
Diketahui bahwa lansia merupakan fase dimana organ-organ tubuh mengalami penurunan fungsi tubuh, seperti fungsi pendengaran, fungsi penglihatan, system persyarafan, system kardiovaskular, fungsi metabolisme, system pencernaan dan lain-lain.
Faktor makanan jelas berhubungan dengan kejadian reumatik pada lansia. Dimana makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi akan memicu kenaikan asam urat dalam darah. Purin merupakan salah satu zat alami yang terkandung dalam tubuh. Purin merupakan salah satu penyusun rantai DNA dan RNA bersama-sama dengan pirimidin. Enzim HGPRT bertugas mengubah purin menjadi nukleotida ourin agar dapat digunakan kembali sebagai penyusun DNA dan RNA.
Bahan dasar asam urat adalah purin. Apabila jumlah purin dalam tubuh terlalu banyak, kelebihannya akan diubah menjadi asam urat. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin dapat meningkatkan asam urat dalam darah. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui. Penimbunan Kristal pada persendian ini dapat menjadikan peradangan pada persendian. Karena pada masa lansia terjadi penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, Cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Ditambah lagi terdapat penimbunan Kristal pada sendi sehingga dapat menyebabkan peradangan pada sendi. Peradangan pada sendi ini akan terasa nyeri sendi, terutama pada saat bergerak pada sendi pinggul,lutut, dan jari-jari, nampak kemerahan, inflamasi, nyeri dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk)
Ketegangan yang diliputi dengan kelelahan dan ketidakmampuan menangani tuntutan fisik menjadi faktor timbulnya reumatik. Rasa nyeri yang menjadi gejala khas reumatik akan bertambah buruk jika terjadi stress, depresi, dan gelisah. Stress digunakan sebagai label untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain. Dengan stress berkepanjangan, mekanisme tubuh dilengkapi untuk mempertahankan tubuh, tetapi akibatnya adalah apa yang dimanifestasikan dengan melemahnya resistensi terhadap penyakit dan infeksi. Selama jangka waktu tertentu, kemampuan untuk bereaksi terhadap stress dalam keadaan ini mengorbankan tubuh, yaitu sistem individu berangsur-angsur menjadi “kehabisan tenaga”, mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit meningkat dan penurunan resistensi terhadap stress itu sendiri. Sehingga pada lansia yang mempunyai stress tingkat tinggi atau mekanisme koping yang kurang juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit reumatik.
Dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas (free radicak). Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Oksigen merupakan sesuatu yang paradoksial dalam kehidupan. Molekul ini sangat dibutuhkan oleh organisme aerob karena memberikan energi pada proses metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya dapat berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi degeneratif, seperti aging, reumatik/artrhitis, kanker dan lain-lain.
Pada osteoporosis atau penyakit keropos tulang merupakan jenis reumatik yang banyak dirasakan wanita setelah menopouse. Kurangnya hormon estrogen setelah menopouse memperburuk masa tulang yang sudah berkurang karena usia. Hormon estrogen (hormon utama pada wanita), membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Begitu juga faktor kegemukan memberikan beban berlebih pada tulang. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya reumatik baik pada wanita maupun pada pria. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan sendi.
5. Faktor Makanan
Tidak semua jenis reumatik dipengaruhi oleh faktor makanan. Reumatik gout atau asam urat merupakan satu-satunya jenis reumatik yang serangannya sangat dipengaruhi oleh pola makanan. Jenis makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat yaitu mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung purin, seperti : jeroan, bayam, mentega, makanan laut, kacang-kacangan, daging, tape, jengkol, santan, alpukat, sarden, dan alkohol (Misnadiarly, 2007).
Diketahui bahwa lansia merupakan fase dimana organ-organ tubuh mengalami penurunan fungsi tubuh, seperti fungsi pendengaran, fungsi penglihatan, system persyarafan, system kardiovaskular, fungsi metabolisme, system pencernaan dan lain-lain.
Faktor makanan jelas berhubungan dengan kejadian reumatik pada lansia. Dimana makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi akan memicu kenaikan asam urat dalam darah. Purin merupakan salah satu zat alami yang terkandung dalam tubuh. Purin merupakan salah satu penyusun rantai DNA dan RNA bersama-sama dengan pirimidin. Enzim HGPRT bertugas mengubah purin menjadi nukleotida ourin agar dapat digunakan kembali sebagai penyusun DNA dan RNA.
Bahan dasar asam urat adalah purin. Apabila jumlah purin dalam tubuh terlalu banyak, kelebihannya akan diubah menjadi asam urat. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin dapat meningkatkan asam urat dalam darah. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui. Penimbunan Kristal pada persendian ini dapat menjadikan peradangan pada persendian. Karena pada masa lansia terjadi penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, Cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Ditambah lagi terdapat penimbunan Kristal pada sendi sehingga dapat menyebabkan peradangan pada sendi. Peradangan pada sendi ini akan terasa nyeri sendi, terutama pada saat bergerak pada sendi pinggul,lutut, dan jari-jari, nampak kemerahan, inflamasi, nyeri dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk)
6. Faktor Psikologis
7. Faktor Radikal Bebas
Dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas (free radicak). Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Oksigen merupakan sesuatu yang paradoksial dalam kehidupan. Molekul ini sangat dibutuhkan oleh organisme aerob karena memberikan energi pada proses metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya dapat berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi degeneratif, seperti aging, reumatik/artrhitis, kanker dan lain-lain.
Baca juga : Produksi Obat Tradisional, Jenis-jenis, Syarat dan Peraturan Pemerintah
Radikal bebas adalah sekelompok elemen yang bersifat tidak stabil, reaktif, merusak sel – sel hidup (sitotoksik), menurunkan kinerja zat – zat dalam tubuh seperti enzim dan hormone serta merusak pembuluh darah dan kulit. Kerusakan tersebut menyebabkan kulit menebal, kaku, tidak elastis, keriput, pucat dan kering. Factor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas antara lain sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat makanan, polusi udara, makanan tinggi kalori dan karbohidrat, pengobatan dengan sinar ultra violet dalam jangka panjang. Radikal bebas yang timbul karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjadi racun yang menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, hal ini memperburuk kerusakan jaringan tubuh dan menimbulkan gejala reumatik.
Radikal bebas adalah sekelompok elemen yang bersifat tidak stabil, reaktif, merusak sel – sel hidup (sitotoksik), menurunkan kinerja zat – zat dalam tubuh seperti enzim dan hormone serta merusak pembuluh darah dan kulit. Kerusakan tersebut menyebabkan kulit menebal, kaku, tidak elastis, keriput, pucat dan kering. Factor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas antara lain sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat makanan, polusi udara, makanan tinggi kalori dan karbohidrat, pengobatan dengan sinar ultra violet dalam jangka panjang. Radikal bebas yang timbul karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjadi racun yang menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, hal ini memperburuk kerusakan jaringan tubuh dan menimbulkan gejala reumatik.
Posting Komentar untuk "7 Faktor Penyebab Rematik di Usia Muda dan Lansia, Kenali Gejala dan Ciri-cirinya"