Definisi Penyakit Menular HIV/AIDS, Etiologi, Gejala Klinis, Tahapan Infeksi dan Pengobatan
1. Definisi HIV/ AIDS
HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh,dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit turunan, immuno berarti sistem kekeblan tubuh, Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak kekebalan tubuh, sehingga mudah diserang oleh penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal..Selain penyakit infeksi,penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Humman Immuno-deficiency Virus).
Baca juga : Tekanan Darah Adalah : Pengertian, Ukuran Tekanan Darah dan Cara Ukur
a. Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita
b.Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
c. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu selepas dijangkiti kuman HIV:
a. Demam
b. sakit tekak dan batuk
c. sakit otot
d. sakit kepala
e. bengkak kelenjar limfa
f. letih
g. ruam
h. sakit sendi
i. turun berat badan
Gambaran klinis pada anak :
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun. Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, berat badan menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali.
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa hipoksia, sesak napas, jari tabuh, dan limfadenopati. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Infeksi HIV terjadi melalui 3 tahapan :
a. Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam.Pada tahap ini virus dapat dideteksi di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
b. Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih cepat dan lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3
c. Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).
a. Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu melakukan seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat berpotensi HIV/ AIDS
b. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
c. Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang, tanpa tes penapisan awal
d. Mempunyai perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan bergantian
e. Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa sterilisasi yang memadai.
Tujuh puluh delapan persen ( 78% ) bayi yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3 sampai 4 tahun kemudian akan meninggal.Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orng yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun. Tanpa pengobatan , infeksi HIV ,mempunyai resikom1-2 % untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Teknik perhitungan jumlah virus HIV ( plasma RNA ) dalam darah seperti polymerase chain reaction ( PCR ) dan branched deoxyribo nucleid acid (bDNA ) test membantu dokter untuk memonitor efek penobatan dan membantu penilaian prognosis penderita. Kadar virus ini bervariasi mulai kuran dari beberapa ratus sampai lebi dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Dengan HIV, antibodinya dihasilkan dalam jangka 3-8 minggu. Tahap berikutnya sebelum antibody tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai tahap jendela. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, air liur atau air kencing. Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum-selama-dan sesudahnya. Jumlah normal dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800-1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi infeksi oportunistik.
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya dengan melakukan skrining yg baik, cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif HIV, selain itu dengan melakukan persalinan yang aman pada saat persalinan, selama persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV pada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT peroral, sedangkan saat persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru lahir diberikan selama 6 minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih besar sehingga pada ibu hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
2.Etiologi
a. Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV,seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik,dan alat-alat penusuk (tato,penindik,dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita
b.Yang mengidap HIV (+).Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
c. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi ,sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama.Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah ibu,Air susu ibu (ASI) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu. Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
3. gambaran klinis
Sebagian penderita mengalami gejala-gejala berikut dalam masa 2 - 6 minggu selepas dijangkiti kuman HIV:
a. Demam
b. sakit tekak dan batuk
c. sakit otot
d. sakit kepala
e. bengkak kelenjar limfa
f. letih
g. ruam
h. sakit sendi
i. turun berat badan
Gambaran klinis pada anak :
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur 10 tahun. Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal tumbuh, berat badan menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati, dan hepatosplenomegali.
Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa hipoksia, sesak napas, jari tabuh, dan limfadenopati. Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang dengan adenopati di hilus dan mediastinum.
Infeksi HIV terjadi melalui 3 tahapan :
a. Tahap Primer/Akut
Terjadi dalam 3-6 minggu, manifestasinya klinisnya berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yang menyebabkan nyeri kepala, demam.Pada tahap ini virus dapat dideteksi di dalam darah. Jumlah sel CD4+ sedikit menurun : 750-1000 sel/mm3.
b. Tahap Kronik / Asimptomatik
Dapat berlangsung selama 10 tahun, replikasi virus berlangsung lebih cepat dan lebih destruktif CD4 sebanyak 500 sel/mm3
c. Tahap AIDS
Ditandai dengan penurunan jumlah sel CD4+ yang progresif (200 sel/mm3).
4. Faktor resiko
a. Mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi yaitu melakukan seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual yang dapat berpotensi HIV/ AIDS
b. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
c. Mempunyai riwayat menerima transfuse darah berulang, tanpa tes penapisan awal
d. Mempunyai perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan bergantian
e. Sebagai pemakai narkoti suntik terutama pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa sterilisasi yang memadai.
5. Prognosis
Tujuh puluh delapan persen ( 78% ) bayi yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3 sampai 4 tahun kemudian akan meninggal.Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orng yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakan gejala selama lebih dari 10 tahun. Tanpa pengobatan , infeksi HIV ,mempunyai resikom1-2 % untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Teknik perhitungan jumlah virus HIV ( plasma RNA ) dalam darah seperti polymerase chain reaction ( PCR ) dan branched deoxyribo nucleid acid (bDNA ) test membantu dokter untuk memonitor efek penobatan dan membantu penilaian prognosis penderita. Kadar virus ini bervariasi mulai kuran dari beberapa ratus sampai lebi dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Dengan HIV, antibodinya dihasilkan dalam jangka 3-8 minggu. Tahap berikutnya sebelum antibody tersebut dapat dideteksi dikenal sebagai tahap jendela. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, air liur atau air kencing. Pengujian HIV harus dilakukan sejalan dengan bimbingan sebelum-selama-dan sesudahnya. Jumlah normal dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800-1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel-sel CD4+T-nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi infeksi oportunistik.
6. Penatalaksanaan
Tata cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi caranya dengan melakukan skrining yg baik, cara lainnya dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif HIV, selain itu dengan melakukan persalinan yang aman pada saat persalinan, selama persalinan, setelah persalinan.
Untuk mencegah HIV perlu juga diberikan obat anti HIV pada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV pada TM II dan III, diberikan AZT peroral, sedangkan saat persalinan diberikan AZT melalui infus, keada bayi baru lahir diberikan selama 6 minggu.
Pada persalinan normal kemungkinan penularan HIV lebih besar sehingga pada ibu hamil di anjurkan untuk menjalani operasi caesar.
Baca juga : Tanaman Sambiloto, Berkhasiat Mengobati Gatal, Malaria, Tipes dan Demam
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau dengan gejala, sebaiknya mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya memakai narkotika intravena.
b. Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV.
c. Diberikan peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
d. Memberikan konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka yang menderita HIV tidak melakukan huhungan badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Manajemen ibu hamil penderita AIDS tanpa gejala atau dengan gejala, sebaiknya mendapatkan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi Resiko Tinggi yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya memakai narkotika intravena.
b. Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV.
c. Diberikan peningkatan pengetahuan tentang HIV/ AIDS
d. Memberikan konseling mengenai masalah HIV/ AIDS
Infeksi HIV/AIDS saat ini belum ditemukan obatnya sehingga disarankan bagi mereka yang menderita HIV tidak melakukan huhungan badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Posting Komentar untuk "Definisi Penyakit Menular HIV/AIDS, Etiologi, Gejala Klinis, Tahapan Infeksi dan Pengobatan"