Faktor Penyebab Terbentuknya Batu Empedu, Gejala, Komplikasi dan Pemeriksaan
Ukuran batu empedu bermacam-macam. Ada yang sekecil butiran pasir dan ada yang sebesar bola pingpong. Jumlah batu yang terbentuk dalam kantong empedu juga bervariasi, misalnya ada orang yang hanya memiliki satu buah batu dan ada yang lebih banyak.
Baca juga : Waham Halusinasi, Pengertian dan Teori Biologis, Psikososial dan Interpersonal
Batu empedu terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah kolesterol dan senyawa kimia dalam cairan tersebut.
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena batu empedu:
Faktor usia. Risiko penyakit batu ginjal akan bertambah seiring usia. Penyakit ini umumnya dialami orang yang berusia di atas 40 tahun.
Jenis kelamin. Risiko wanita untuk terkena penyakit batu empedu lebih tinggi dibandingkan pria.
Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi. Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar kolesterol akibat perubahan hormon estrogen selama masa kehamilan.
Pengaruh berat badan. Risiko Anda akan meningkat jika mengalami kelebihan berat badan, obesitas, hingga penurunan berat badan drastis.
Gejala utama batu empedu yaitu rasa sakit pada perut yang tiba-tiba, sakit perut biasanya berlangsung 1-5 jam (meskipun kadang-kadang bisa berlangsung hanya beberapa menit), dikenal sebagai kolik bilier.
Rasa sakit bisa dirasakan dibagian tengah perut, antara tulang dada dan perut (ulu hati) Tepat di bawah tulang rusuk sebelah kanan, rasa sakit akan menjalar ke samping dan belakang (punggung).
Rasa sakit terkadang dipicu oleh makan makanan berlemak, namun dapat juga terjadi pada setiap saat sepanjang hari dan dapat membangunkan penderitanya saat tidur di malam hari.
Selain rasa sakit kolik bilier, beberapa orang juga mengalami periode berkeringat berlebihan (keringat dingin) dan merasa mual atau muntah.
Penyebab Terbentuknya Batu Empedu
Batu empedu terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah kolesterol dan senyawa kimia dalam cairan tersebut.
Faktor – faktor yang meningkatkan terbentuknya Batu Empedu
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena batu empedu:
Faktor usia. Risiko penyakit batu ginjal akan bertambah seiring usia. Penyakit ini umumnya dialami orang yang berusia di atas 40 tahun.
Jenis kelamin. Risiko wanita untuk terkena penyakit batu empedu lebih tinggi dibandingkan pria.
Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi. Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar kolesterol akibat perubahan hormon estrogen selama masa kehamilan.
Pengaruh berat badan. Risiko Anda akan meningkat jika mengalami kelebihan berat badan, obesitas, hingga penurunan berat badan drastis.
Gejala Batu Empedu
Gejala utama batu empedu yaitu rasa sakit pada perut yang tiba-tiba, sakit perut biasanya berlangsung 1-5 jam (meskipun kadang-kadang bisa berlangsung hanya beberapa menit), dikenal sebagai kolik bilier.
Rasa sakit bisa dirasakan dibagian tengah perut, antara tulang dada dan perut (ulu hati) Tepat di bawah tulang rusuk sebelah kanan, rasa sakit akan menjalar ke samping dan belakang (punggung).
Rasa sakit terkadang dipicu oleh makan makanan berlemak, namun dapat juga terjadi pada setiap saat sepanjang hari dan dapat membangunkan penderitanya saat tidur di malam hari.
Selain rasa sakit kolik bilier, beberapa orang juga mengalami periode berkeringat berlebihan (keringat dingin) dan merasa mual atau muntah.
Baca juga : Halusinasi Waham, Proses, Fase dan Tahapan Terjadinya Waham
Batu empedu dapat menyebabkan masalah yang lebih serius jika sampai menghalangi aliran empedu dalam waktu yang lama atau pindah ke organ lain (seperti pankreas atau usus kecil). Jika hal ini terjadi, maka akan menimbulkan gejala-gejala berikut:
Gejala-gejala yang ditimbulkan batu empedu ini harus didiagnosis dengan akurat agar pengobatan bisa dilakukan secara tepat. Maka, pemeriksaan apa saja yang mungkin direkomendasikan adalah :
Pemeriksaan batu empedu yang biasa dilakukan adalah dengan USG (ultrasonografi). Pemeriksaan standar ini berguna untuk melihat lokasi keberadaan batu empedu pada hati dan kandung empedu.
Selain itu, metode ini akan membantu dokter melihat apakah juga terjadi penyumbatan, infeksi atau ruptur pada kandung empedu. Keakuratan pemeriksaan ini mencapai 95 persen.
Apalagi, jika pemeriksaan dilakukan saat penderita sedang mengeluhkan gejalanya. Selain biaya yang relatif lebih murah, keunggulan metode ini adalah tidak adanya efek samping. Sedangkan, kelemahan metode pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk melihat batu jika letaknya berada di saluran dan muara saluran empedu.
Metode ERCP digunakan untuk memastikan keberadaan batu, terutama pada duktus koledokus. Prosedurnya dilakukan dengan memasukan pipa lentur melalui mulut menuju lambung dan usus dua belas jari.
Setelah mencapai usus dua belas jari, pipa kecil (kanula) dimasukkan menuju duktus koledokus setelah sebelumnya, zat kontras iodium disemprotkan ketika pipa berada di pintu masuk duktus koledokus.
Bila keberadaan batu ditemukan dalam duktus koledokus, batu akan langsung dikeluarkan saat itu juga. Karena itu, selain bersifat diagnostik, ERCP juga bersifat terapi. Inilah keunggulan utamanya.
Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography (MRCP) merupakan pemeriksaan pencitraan yang menggunakan resonansi gelombang elektromagnetik. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi batu di kandung empedu dan saluran empedu dengan sangat baik, bahkan apabila ada kanker pada saluran empedu.
Tingkat keakuratan metode pemeriksaan ini mencapai 90% dan relatif aman. Sayangnya, biaya pemeriksaan ini terbilang cukup mahal.
Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan akan memperlihatkan lebih detail lagi mengenai keberadaan batu, ada atau tidaknya sumbatan, dan pelebaran saluran empedu serta berbagai komplikasi yang terjadi seperti peradangan maupun kandung empedu yang pecah (ruptur). Sayangnya, metode pemeriksaan ini lebih mahal dibandingkan metode pemeriksaan dengan USG.
HIDA scan sebenarnya tidak secara spesifik diperuntukkan untuk mendeteksi keberadaan batu empedu, namun hanya digunakan untuk memastikan apakah terjadi penyumbatan di duktus sistikus atau tidak, baik itu karena adanya batu maupun peradangan.
Komplikasi Akibat Batu Empedu
Batu empedu dapat menyebabkan masalah yang lebih serius jika sampai menghalangi aliran empedu dalam waktu yang lama atau pindah ke organ lain (seperti pankreas atau usus kecil). Jika hal ini terjadi, maka akan menimbulkan gejala-gejala berikut:
- Demam dengan suhu tinggi 38 ° C (100.4 ° F) atau lebih
- Sakit perut lebih hebat
- Kulit dan mata menjadi kuning (jaundice)
- Kulit gatal
- Diare
- Menggigil
- Kebingungan
- Tidak nafsu makan
Diagnosa Batu Empedu
Gejala-gejala yang ditimbulkan batu empedu ini harus didiagnosis dengan akurat agar pengobatan bisa dilakukan secara tepat. Maka, pemeriksaan apa saja yang mungkin direkomendasikan adalah :
- Ultrasonografi/USG
Pemeriksaan batu empedu yang biasa dilakukan adalah dengan USG (ultrasonografi). Pemeriksaan standar ini berguna untuk melihat lokasi keberadaan batu empedu pada hati dan kandung empedu.
Selain itu, metode ini akan membantu dokter melihat apakah juga terjadi penyumbatan, infeksi atau ruptur pada kandung empedu. Keakuratan pemeriksaan ini mencapai 95 persen.
Apalagi, jika pemeriksaan dilakukan saat penderita sedang mengeluhkan gejalanya. Selain biaya yang relatif lebih murah, keunggulan metode ini adalah tidak adanya efek samping. Sedangkan, kelemahan metode pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk melihat batu jika letaknya berada di saluran dan muara saluran empedu.
- Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreatography/ERCP
Metode ERCP digunakan untuk memastikan keberadaan batu, terutama pada duktus koledokus. Prosedurnya dilakukan dengan memasukan pipa lentur melalui mulut menuju lambung dan usus dua belas jari.
Setelah mencapai usus dua belas jari, pipa kecil (kanula) dimasukkan menuju duktus koledokus setelah sebelumnya, zat kontras iodium disemprotkan ketika pipa berada di pintu masuk duktus koledokus.
Bila keberadaan batu ditemukan dalam duktus koledokus, batu akan langsung dikeluarkan saat itu juga. Karena itu, selain bersifat diagnostik, ERCP juga bersifat terapi. Inilah keunggulan utamanya.
- Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography/MRCP
Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography (MRCP) merupakan pemeriksaan pencitraan yang menggunakan resonansi gelombang elektromagnetik. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi batu di kandung empedu dan saluran empedu dengan sangat baik, bahkan apabila ada kanker pada saluran empedu.
Tingkat keakuratan metode pemeriksaan ini mencapai 90% dan relatif aman. Sayangnya, biaya pemeriksaan ini terbilang cukup mahal.
- Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan yang dilakukan akan memperlihatkan lebih detail lagi mengenai keberadaan batu, ada atau tidaknya sumbatan, dan pelebaran saluran empedu serta berbagai komplikasi yang terjadi seperti peradangan maupun kandung empedu yang pecah (ruptur). Sayangnya, metode pemeriksaan ini lebih mahal dibandingkan metode pemeriksaan dengan USG.
- Hepatobilliary Scan/HIDA
HIDA scan sebenarnya tidak secara spesifik diperuntukkan untuk mendeteksi keberadaan batu empedu, namun hanya digunakan untuk memastikan apakah terjadi penyumbatan di duktus sistikus atau tidak, baik itu karena adanya batu maupun peradangan.
Baca juga : Klasifikasi Halusinasi Waham, Tanda dan Gejala serta Cara Pengobatan
Selain itu, dengan metode ini, dokter dapat memastikan bagaimana fungsi ekskresi hati Anda, misalnya untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam proses pengeluaran garam empedu atau tidak.
Selain itu, dengan metode ini, dokter dapat memastikan bagaimana fungsi ekskresi hati Anda, misalnya untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam proses pengeluaran garam empedu atau tidak.
Posting Komentar untuk "Faktor Penyebab Terbentuknya Batu Empedu, Gejala, Komplikasi dan Pemeriksaan"