Fauna Aquatik Penghuni Hutan Mangrove, Jenis Binatang Hidup disekitar Tanaman Mangrove
Fauna Aquatik Penghuni Hutan Mangrove
Hutan mangrove berfungsi sebagai tempat mencari makan, berlindung, memijah dan pembesaran bagi berbagai jenis binatang air seperti ikan dan udang. Hutan mangrove juga menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis binatang darat, seperti burung air dan kalong. Bahkan banyak burung pengembara yang datang dari daratan atau daerah lainnya yang memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat persinggahan dan mencari makan (Soemodihardjo, 1977).
Selain itu sebagai tempat hidup bagi satwa-satwa yang dilindungi. Jenis ikan yang memanfaatkan kawasan hutan mangrove sebagi tempat berlindung adalah ikan kakap putih (Lates calcarifer), bandeng (Chanos chanos), belanak (Mugil sp.), udang windu (Panaeus monodon), udang putih (P. Merguensis atau P. indicus), udang galah atau udang satang (Macrobrachium rosenbergii), dan kepiting (Scylla serrata). Kondisi perairan yang tenang serta terlindung dengan berbagai macam tumbuhan dan bahan makanan menyebabkan perairan hutan mangrove menjadi tempat yang sangat baik untuk berkembang biak bagi berbagai satwa (Budiman dan Darnaedi, 1984).
Baca juga : Hewan Sub Phylum Vertebrata, Kelompok Pisces dan Tetrapoda
Terkait dengan sifat fauna yang pada umumnya sangat dinamis, maka batasan zonasi yang terjadi pada fauna penghuni mangrove kurang begitu jelas (Kartawinata dkk., 1979). Penyebaran fauna penghuni hutan mangrove memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran secara vertikal dan secara horisontal. Penyebaran secara vertikal umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau melekat pada akar, cabang maupun batang pohon mangrove, misalnya jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus dan Melongena galeodes (Budiman dan Darnaedi, 1984; Soemodihardjo, 1977).
Sedangkan penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada jenis fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang tergolong infauna, yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau dalam substrat, maupun yang tergolong epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di atas substrat. Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang sangat luas, biasanya memperlihatkan pola permintakatan jenis fauna yang dominan dan sejajar dengan garis pantai. Permintakatan yang terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan perubahan sifat ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke darat. Kartawinata dan Soemodihardjo (1977) menyatakan bahwa permintakatan fauna hanya terlihat pada hutan mangrove sangat luas, tetapi tidak terlihat pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat rendah.
Secara ekologis, jenis moluska penghuni mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, moluska juga berperan dalam merobek atau memperkecil serasah yang baru jatuh. Perilaku moluska jenis Telebraria palustris dan beberapa moluska lainnya dalam memecah atau menghancurkan serasah mangrove untuk dimakan, namun disisi lain sangat besar artinya dalam mempercepat proses dekomposisi serasah yang dilakukan mikrorganime akan lebih cepat. Disamping membantu dalam proses dekomposisi, beberapa fauna kepiting juga membantu dalam penyebaran seedling dengan cara menarik propagul kedalam lubang tempat persembunyiannya ataupun pada tempat yang berair. Aktifitas kepiting ini dampaknya sangat baik dalam kaitannya dengan distribusi dan kontribusi pertumbuhan dari seedling mangrove dari jenis Rhizophora sp, Bruguiera sp. dan Ceriops sp., terutama pada daerah yang sudah atau mulai terjadi konversi hutan mangrove (Budiman dan Darnaedi, 1984).
Dari fauna Gastropoda penghuni mangrove yang memiliki penyebaran yang sangat luas adalah Littorina scabra, Terebralia palustris, T. sulcata dan Cerithium patalum. Sedangkan jenis yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang sangat ekstrim adalah Littorina scabra, Crassostrea cacullata dan Enigmonia aenigmatica (Budiman dkk., 1977).
Terkait dengan sifat fauna yang pada umumnya sangat dinamis, maka batasan zonasi yang terjadi pada fauna penghuni mangrove kurang begitu jelas (Kartawinata dkk., 1979). Penyebaran fauna penghuni hutan mangrove memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran secara vertikal dan secara horisontal. Penyebaran secara vertikal umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau melekat pada akar, cabang maupun batang pohon mangrove, misalnya jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus dan Melongena galeodes (Budiman dan Darnaedi, 1984; Soemodihardjo, 1977).
Sedangkan penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada jenis fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang tergolong infauna, yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau dalam substrat, maupun yang tergolong epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di atas substrat. Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang sangat luas, biasanya memperlihatkan pola permintakatan jenis fauna yang dominan dan sejajar dengan garis pantai. Permintakatan yang terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan perubahan sifat ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke darat. Kartawinata dan Soemodihardjo (1977) menyatakan bahwa permintakatan fauna hanya terlihat pada hutan mangrove sangat luas, tetapi tidak terlihat pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat rendah.
Secara ekologis, jenis moluska penghuni mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, moluska juga berperan dalam merobek atau memperkecil serasah yang baru jatuh. Perilaku moluska jenis Telebraria palustris dan beberapa moluska lainnya dalam memecah atau menghancurkan serasah mangrove untuk dimakan, namun disisi lain sangat besar artinya dalam mempercepat proses dekomposisi serasah yang dilakukan mikrorganime akan lebih cepat. Disamping membantu dalam proses dekomposisi, beberapa fauna kepiting juga membantu dalam penyebaran seedling dengan cara menarik propagul kedalam lubang tempat persembunyiannya ataupun pada tempat yang berair. Aktifitas kepiting ini dampaknya sangat baik dalam kaitannya dengan distribusi dan kontribusi pertumbuhan dari seedling mangrove dari jenis Rhizophora sp, Bruguiera sp. dan Ceriops sp., terutama pada daerah yang sudah atau mulai terjadi konversi hutan mangrove (Budiman dan Darnaedi, 1984).
Dari fauna Gastropoda penghuni mangrove yang memiliki penyebaran yang sangat luas adalah Littorina scabra, Terebralia palustris, T. sulcata dan Cerithium patalum. Sedangkan jenis yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang sangat ekstrim adalah Littorina scabra, Crassostrea cacullata dan Enigmonia aenigmatica (Budiman dkk., 1977).
Selanjutnya disebutkan pula bahwa dari sebanyak Gastropoda penghuni hutan mangrove tersebut beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi masyarakat sekitar mangrove, antara lain adalah jenis Terebralia palustris dan Telescopium telescopium. Sedangkan kelas Bivalvia yang dikonsumsi masyarakat adalah jenis Polymesoda coaxans, Anadara antiquata dan Ostrea cucullata (Soemodihardjo, 1977; Budiman dkk., 1977)..
Kelas Crustacea yang ditemukan pada ekosistem hutan mangrove umumnya didominasi oleh jenis kepiting (Brachyura) yang dapat dikategorikan sebagai golongan infauna, sedangkan beberapa jenis udang (Macrura) yang ditemukan pada ekosistem mangrove sebagian besar hanya sebagai penghuni sementara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai tempat menunjukkan bahwa famili Grapsidae merupakan penyusun utama fauna Crustacea hutan mangrove (Soemodihardjo, 1977; Budiman dkk., 1977).
Baca juga : Ciri-ciri Khusus Pisces (Ikan), Bentuk Badan, Tubuh, Mulut, Sisik, Sirip dan Rangka Tulang
Jenis Thalassina anomala merupakan jenis udang lumpur sebagai penghuni setia hutan mangrove, karena udang ini hidup dengan cara membuat lubang dan mencari makan hanya disekitar sarang tersebut.
Sedangkan pada hutan mangrove bersubstrat lumpur agak pejal, umumnya didominasi Uca dusumeri. Jenis lain yang muncul pada substrat tersebut adalah Uca lactea, U. vocans, U. signatus dan U. consobrinus. Diantara kepiting mangrove yang mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi masyarakat adalah Scylla serrata, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus dan Labnanium politum.
Jenis Thalassina anomala merupakan jenis udang lumpur sebagai penghuni setia hutan mangrove, karena udang ini hidup dengan cara membuat lubang dan mencari makan hanya disekitar sarang tersebut.
Sedangkan pada hutan mangrove bersubstrat lumpur agak pejal, umumnya didominasi Uca dusumeri. Jenis lain yang muncul pada substrat tersebut adalah Uca lactea, U. vocans, U. signatus dan U. consobrinus. Diantara kepiting mangrove yang mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi masyarakat adalah Scylla serrata, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus dan Labnanium politum.
Posting Komentar untuk "Fauna Aquatik Penghuni Hutan Mangrove, Jenis Binatang Hidup disekitar Tanaman Mangrove"