Gangguan Haid dan Siklusnya dalam Masa Reproduksi berdasarkan Jumlah Darah
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
1) Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (> 8 hari). Penyebabnya karena gangguan hormonal, kelainan dalam uterus, seperti mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding), dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya pada waktu haid (Prawirohardjo, 1999).
2) Hipomenorea
Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek/atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus seperti sesudah miomektomi, pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas (Prawirohardjo, 1999).
b. Kelainan Siklus
1) Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (< 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal terakhir ini diberi nama polimenoragia atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya (Prawirohardjo, 1999).
Biasanya polimenorea bisa pulih dengan sendirinya. Penderita polimenorea secepatnya dibawa ke dokter jika berlangsung terus-menerus. Polimenorea yang berlangsung lama dapat menyebabkan masalah hemodinamik tubuh disebabkan darah yang keluar secara terus-menerus. Disamping itu, polimenorea bisa menyebabkan keluhan terkait masalah kesuburan karena polimenorea menyebabkan masalah ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan masalah tersebut kerap kali mengalami kesulitan dalam mendapat keturunan.
Tujuan terapi pada penderita polimenorea yaitu mengontrol perdarahan, menghindari perdarahan berulang, menghindari komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi di dalam tubuh, serta melindungi kesuburan. Untuk polimenorea yang berlangsung dalam waktu lama, terapi yang diberikan bergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, serta pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral gabungan bisa diberikan pada pasien dengan polimenorea kronis. Untuk pasien yang mendapat terapi hormonal sebaiknya di evaluasi tiap tiga bulan. Sesudah terapi diberikan, evaluasi selanjutnya dilakukan setiap enam bulan untuk mengetahu dampak yang terjadi.
2) Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunya dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa (Prawirohardjo, 1999).
3) Amenorea
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenorea primer umumnya disebabkan oleh hal yang lebih berat dan sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik. (Prawirohardjo, 1999).
Amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain (Prawirohardjo, 1999).
Istilah Kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain. (Prawirohardjo, 1999).
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah dapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
- Amenorea primer
Amenorea primer umumnya disebabkan oleh hal yang lebih berat dan sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik. (Prawirohardjo, 1999).
- Amenorea sekunder
Amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolism, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain (Prawirohardjo, 1999).
- Kriptomenorea
Istilah Kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain. (Prawirohardjo, 1999).
Baca juga : Tanaman Kapuk (Ceiba Pentandra), Berkhasiat Mengobati Kudis dan Menumbuhkan Rambut
Ada pula amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause (Prawirohardjo, 1999).
- Amenorea Fisiologik
Ada pula amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause (Prawirohardjo, 1999).
Posting Komentar untuk "Gangguan Haid dan Siklusnya dalam Masa Reproduksi berdasarkan Jumlah Darah"