Penyakit Akibat Gangguan Gizi pada Ibu Hamil atau Menyusui, Bayi, Remaja, Dewasa dan Lanjut Usia
Pemenuhan gizi yang seimbang sangat penting dan diperlukan dari asupan makanan yang dimakan tiap harinya, yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi energi yang dibutuhkan tubuh tiap harinya. Oleh karena itu, harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi untuk pemenuhan gizi.
Baca juga : Bunga Melati, Jenis, Manfaat dan Khasiat Mengobati Sesak Nafas, Bengkak dan Radang Usus
Ada dua akibat gangguan gizi yang terjadi, yang pertama adalah kekurangan gizi dan yang kedua adalah gizi lebih. Masalah kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya ketersediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan; kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomipada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita gizi buruk akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak (Krisnansari, 2010).
Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit (Almatsier, 2009)
Berikut beberapa upaya penanggulangan masalah kurang gizi berdasarkan beberapa sumber:
1) Upaya pemenuhan peserdiaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan
2) Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG)
3) Peningkatan pelayanan gizi dimulai dari tingkat Posyandu, hingga puskesmas dan rumah sakit
4) Upaya pengawasan makanan dan minuman
5) Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi baru muncul di permukaan pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup,teutama dalam pola makan. Pola makan tradisiona yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan kearah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabbkan olehkemajuan teknologi informasi komunikasi dan globalisasi ekonomi (Almatsier, 2009).
Masalah gizi lebih ini menyerang semua lapisan umur, baik anak-anak hingga orang dewasa. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olah raga serta menghindari tekanan hidup/ stress. Penyeimbangan masukan energy dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Disamping itu perlu peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih serat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan berat (Almatsier, 2009)
Akibat Gangguan Gizi
Ada dua akibat gangguan gizi yang terjadi, yang pertama adalah kekurangan gizi dan yang kedua adalah gizi lebih. Masalah kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya ketersediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan; kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomipada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita gizi buruk akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak (Krisnansari, 2010).
Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit (Almatsier, 2009)
Berikut beberapa upaya penanggulangan masalah kurang gizi berdasarkan beberapa sumber:
1) Upaya pemenuhan peserdiaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan
2) Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG)
3) Peningkatan pelayanan gizi dimulai dari tingkat Posyandu, hingga puskesmas dan rumah sakit
4) Upaya pengawasan makanan dan minuman
5) Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi
Masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi baru muncul di permukaan pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup,teutama dalam pola makan. Pola makan tradisiona yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan kearah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabbkan olehkemajuan teknologi informasi komunikasi dan globalisasi ekonomi (Almatsier, 2009).
Masalah gizi lebih ini menyerang semua lapisan umur, baik anak-anak hingga orang dewasa. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olah raga serta menghindari tekanan hidup/ stress. Penyeimbangan masukan energy dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Disamping itu perlu peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih serat ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan berat (Almatsier, 2009)
Baca juga : Daun Salam, Khasiat Obat Kecing Manis, Asam Urat, Radang Lambung dan Gatal
Pesan yang dapat Disampaikan kepada Tiap Kelompok Usia agar Gizinya Seimbang dan Terpenuhi
a. Pesan gizi seimbang untuk ibu hamil dan menyusui.
b. Pesan gizi seimbang untuk bayi 0 – 6 bulan :
Setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.
c. Pesan gizi seimbang untuk bayi 6 – 24 bulan :
Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makananuntuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayurandan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makananpokok sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secarabertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.
d. Pesan gizi seimbang untuk anak usia 2 – 5 tahun.
Jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.
e. Pesan gizi seimbang untuk anak usia 6 – 9 tahun.
Pemberian makanan dengan gizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi – kondisi anak yang mulai suka jajan di luar karena banyak bermain di luar dan terpengaruh oleh teman, tawaran makanan jajanan, aktivitas dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.
f. Pesan gizi seimbang untuk remaja usia 10 – 19 tahun.
Perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tertentu seperti pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
Pesan yang dapat Disampaikan kepada Tiap Kelompok Usia agar Gizinya Seimbang dan Terpenuhi
a. Pesan gizi seimbang untuk ibu hamil dan menyusui.
- Membiasakan mengkonsumsi aneka pangan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Zat gizi mikro penting yang diperlukan selama hamil adalah zat besi, asam folat, kalsium, iodium dan zink.
- Membatasi konsumsi garam karenadapat mencegah hipertensi selama kehamilan. Selama ibu hamil diusahakan agar tidak menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena hipertensi selama kehamilan akan meningkatkan risiko kematian janin, terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan.
- Membatasi minum kopi karena Kafein yang terdapat dalam kopi yang dikonsumsi ibu akan masuk ke dalam ASI sehingga akan berpengaruh tidak baik terhadap bayi, hal ini disebabkan karena metabolisme bayi belum siap untuk mencerna kafein. Konsumsi kafein pada ibu menyusui juga berhubungan dengan rendahnya pasokan ASI.
- Minum air yang banyak karena Kebutuhan air selama kehamilan meningkat agar dapat mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan meningkatnya volume darah. Ibu hamil memerlukan asupan air minum sekitar 2-3 liter perhari (8 – 12 gelas sehari).
b. Pesan gizi seimbang untuk bayi 0 – 6 bulan :
Setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.
c. Pesan gizi seimbang untuk bayi 6 – 24 bulan :
Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi makananuntuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayurandan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makananpokok sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secarabertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.
d. Pesan gizi seimbang untuk anak usia 2 – 5 tahun.
Jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.
e. Pesan gizi seimbang untuk anak usia 6 – 9 tahun.
Pemberian makanan dengan gizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus memperhitungkan kondisi – kondisi anak yang mulai suka jajan di luar karena banyak bermain di luar dan terpengaruh oleh teman, tawaran makanan jajanan, aktivitas dan keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.
f. Pesan gizi seimbang untuk remaja usia 10 – 19 tahun.
Perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan kondisi-kondisi tertentu seperti pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
Baca juga : Tanaman Serai, Khasiat sebagai Obat Keseleo, Haid tidak Teratur dan Batuk
g. Pesan gizi seimbang untuk dewasa.
Perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk kegiatan fisik yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.
h. Pesan gizi seimbang untuk usia lanjut.
Membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan berlemak dan tinggi purin. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup.
g. Pesan gizi seimbang untuk dewasa.
Perhatian terhadap perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk kegiatan fisik yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.
h. Pesan gizi seimbang untuk usia lanjut.
Membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan berlemak dan tinggi purin. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup.
Posting Komentar untuk "Penyakit Akibat Gangguan Gizi pada Ibu Hamil atau Menyusui, Bayi, Remaja, Dewasa dan Lanjut Usia"