Permasalahan yang Terjadi pada Lansia, Masalah Kesehatan dan Perilaku
1. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang RI No.3 Tahun 1986 Bab I Pasal I ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2005). Menurut Prof Dr. Koesoemato Setyo Negoro (Darmojo, 2009) lanjut usia (geriatric age) adalah seseorang dengan usia lebih dari 65 tahun.
Lanjut usia (Lansia) adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 65 tahun ke atas. Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang umum di derita lansia adalah hipertensi, reumatik, asam urat, dermatitis, retensi urine, dermatitis dan lain-lain (Nugroho, 2013).
Baca juga : Sistem Kekebalan Tubuh, Penyakit Akibat Gangguan Kekebalan Tubuh
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Namun manusia dapat menghambat kejadiannya.
Batasan usia menurut WHO meliputi (dikutip dalam Darmojo, 2009) :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari serta menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Darmojo, 2009).
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru.
Menurut Nugroho (2005) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Namun manusia dapat menghambat kejadiannya.
2. Batas-Batas Lanjut Usia
Batasan usia menurut WHO meliputi (dikutip dalam Darmojo, 2009) :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari serta menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Darmojo, 2009).
3. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3) perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru.
Menurut Nugroho (2005) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:
a. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel.
Perubahan yang terjadi pada tingkat sel meliputi: Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, ukurannya menjadi lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, dan otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem Persarafan.
Perubahan yang terjadi pada system persarafan berupa: berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya), hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menurun, saraf pencium dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran.
Perubahan yang terjadi pada system pendengaran dapat berupa (Nugroho, 2005):
a) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.
4) Sistem Penglihatan.
Perubahan pada system penglihatan dapat berupa: timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya, dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
Baca juga : 3 Cara Mempertahankan Sistem Kekebalan Tubuh agar Tetap Baik
5) Sistem Kardiovaskuler.
Perubahan yang terjadi pada system kardiovaskuler dapat berupa (Nugroho, 2005):
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
Perubahan yang terjadi dapat berupa: temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, dan keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7) Sistem Respirasi
Perubahan pada sitem respirasi teridiri atas: otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal.
Perubahannya dapat berupa: kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, dan daya absorbsi melemah.
9) Sistem Reproduksi.
Pada sistem reproduksi, perubahannya dapat berupa: ovari dan uterus menciut, atrofi payudara, pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, dan selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem Perkemihan.
Perubahan yang terjadi pada system perkemihan berupa: nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11) Sistem Endokrin.
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin dapat berupa: produksi semua hormon menurun, aktivitas tiroid menurun, BMR (Basal Metabolic Rate) menurun, daya pertukaran zat, menurun, produksi aldosteron menurun, dan juga sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosterone mengalami penurunan.
12) Sistem Kulit (Sistem Integumen)
Pada system integument, dapat terjadi perubahan sebagai berikut : kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi, serta pertumbuhan kuku lebih lambat.
5) Sistem Kardiovaskuler.
Perubahan yang terjadi pada system kardiovaskuler dapat berupa (Nugroho, 2005):
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
Perubahan yang terjadi dapat berupa: temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, dan keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7) Sistem Respirasi
Perubahan pada sitem respirasi teridiri atas: otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal.
Perubahannya dapat berupa: kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, dan daya absorbsi melemah.
9) Sistem Reproduksi.
Pada sistem reproduksi, perubahannya dapat berupa: ovari dan uterus menciut, atrofi payudara, pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, dan selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem Perkemihan.
Perubahan yang terjadi pada system perkemihan berupa: nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11) Sistem Endokrin.
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin dapat berupa: produksi semua hormon menurun, aktivitas tiroid menurun, BMR (Basal Metabolic Rate) menurun, daya pertukaran zat, menurun, produksi aldosteron menurun, dan juga sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosterone mengalami penurunan.
12) Sistem Kulit (Sistem Integumen)
Pada system integument, dapat terjadi perubahan sebagai berikut : kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi, serta pertumbuhan kuku lebih lambat.
Baca juga : Sistem Imunitas Tubuh Berdasarkan Klasifikasi dan Jenisnya
b. Perubahan-Perubahan Psikologis
Pada lansia, dapat terjaid perubahan pada aspek psikologis atau mental yang dipengaruhi oleh:perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, kenangan (memori) (Stanley, 2007).
c. Perubahan-Perubahan Psikososial
1) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain : kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman/kenalan atau relasi, dan kehilangan pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian/sense of awareness of mortality
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan/economic deprivation
5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
7) Gangguan saraf dan penginderaan, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
9) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri (Stanley, 2007).
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima kematian dengan tentram (Nugroho, 2005)
Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki lanjut usia akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari. Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari memberikan suatu data untuk menandakan kemampuan diri lansia. Untuk merencanakan bantuan yang diberikan pada lansia dalam mencapai kembali tingkat ketidak ketergantungan yang maksimal, dan untuk merencanakan pemberian dukungan. Aktifitas dasar kehidupan sehari-hari dan aktifitas intrumental aktifitas kehidupan sehari-hari diberikan keduanya (Jumriah, 2011).
Lansia yang masih melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor fisik, faktor psikis dan faktor lingkungan, faktor fisik, setiap orang yang 60 tahun atau disebut lansia akan berbeda-beda tingkat kemampuannya dalam melakukan sejumlah aktifitas dasar seperti makan dan mandi. Semuanya tergantung bagaimana kekuatan fisik dan sistem imun yang dimiliki si lansia tersebut dan bagaimana kebiasaan hidup ketika si lansia itu dulunya masih muda contohnya seseorang yang ketika ia masih muda dan dia menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat (PHBS) seperti : rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi, sehat dan bervitamin (sayur-sayuran dan buah-buahan), tidak merokok, tidak minum minuman yang beralkohol, tidak melakukan free sex, dll. tentunya secara fisiologis ketika nantinya seseorang tersebut menjadi lansia maka kekuatan fisiknya akan sedikit mengalami penurunan dan dia masih akan mampu melakukan aktifitas dasar sehari-hari seperti makan dan mandi bahkan aktifitas lainnya. Hal tersebut akan bertolak belakang dengan lansia yang ketika masa mudanya tidak menerapkan PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS yang kita lakukan ketika masih muda akan berpengaruh nantinya ketika kita akan lansia. Mengonsumsi makan makanan yang sehat, bergizi, dan bervitamin dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi tubuh. Seperti dapat menjaga sistem kerja motorik, terhindar dari berbagai penyakit (Prajaningsih, 2012).
b. Perubahan-Perubahan Psikologis
Pada lansia, dapat terjaid perubahan pada aspek psikologis atau mental yang dipengaruhi oleh:perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, kenangan (memori) (Stanley, 2007).
c. Perubahan-Perubahan Psikososial
1) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain : kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman/kenalan atau relasi, dan kehilangan pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian/sense of awareness of mortality
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan/economic deprivation
5) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
7) Gangguan saraf dan penginderaan, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
9) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri (Stanley, 2007).
4. Tugas perkembangan pada lansia
5. Aktifitas Sehari-hari Lansia
Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki lanjut usia akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktifitas kehidupan sehari-hari. Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari memberikan suatu data untuk menandakan kemampuan diri lansia. Untuk merencanakan bantuan yang diberikan pada lansia dalam mencapai kembali tingkat ketidak ketergantungan yang maksimal, dan untuk merencanakan pemberian dukungan. Aktifitas dasar kehidupan sehari-hari dan aktifitas intrumental aktifitas kehidupan sehari-hari diberikan keduanya (Jumriah, 2011).
Lansia yang masih melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor fisik, faktor psikis dan faktor lingkungan, faktor fisik, setiap orang yang 60 tahun atau disebut lansia akan berbeda-beda tingkat kemampuannya dalam melakukan sejumlah aktifitas dasar seperti makan dan mandi. Semuanya tergantung bagaimana kekuatan fisik dan sistem imun yang dimiliki si lansia tersebut dan bagaimana kebiasaan hidup ketika si lansia itu dulunya masih muda contohnya seseorang yang ketika ia masih muda dan dia menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat (PHBS) seperti : rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi, sehat dan bervitamin (sayur-sayuran dan buah-buahan), tidak merokok, tidak minum minuman yang beralkohol, tidak melakukan free sex, dll. tentunya secara fisiologis ketika nantinya seseorang tersebut menjadi lansia maka kekuatan fisiknya akan sedikit mengalami penurunan dan dia masih akan mampu melakukan aktifitas dasar sehari-hari seperti makan dan mandi bahkan aktifitas lainnya. Hal tersebut akan bertolak belakang dengan lansia yang ketika masa mudanya tidak menerapkan PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat. PHBS yang kita lakukan ketika masih muda akan berpengaruh nantinya ketika kita akan lansia. Mengonsumsi makan makanan yang sehat, bergizi, dan bervitamin dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi tubuh. Seperti dapat menjaga sistem kerja motorik, terhindar dari berbagai penyakit (Prajaningsih, 2012).
Baca juga : Farmakognosi, Sejarah, Ruang Lingkup dan Hubungannya dengan Ilmu lain
Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane & Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu Immobility (kurang bergerak), Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), Intellectual impairment (gangguan intelektual/ dementia), Infection (infeksi), Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), Impaction (sulit buang air besar), Isolation (depresi), Inanition (kurang gizi), Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), Insomnia (gangguan tidur), Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), dan Impotence (impotensi) (Nango, 2011).
6. Masalah Kesehatan Pada Lansia
Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane & Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu Immobility (kurang bergerak), Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), Intellectual impairment (gangguan intelektual/ dementia), Infection (infeksi), Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), Impaction (sulit buang air besar), Isolation (depresi), Inanition (kurang gizi), Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), Insomnia (gangguan tidur), Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), dan Impotence (impotensi) (Nango, 2011).
Posting Komentar untuk "Permasalahan yang Terjadi pada Lansia, Masalah Kesehatan dan Perilaku"