Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), Gangguan pada Siklus Menstruasi Wanita
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
1. Definisi
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah masalah kesehatan yang mempengaruhi siklus menstruasi wanita dan merupakan salah satu penyebab terbanyak kelainan endokrin yang melibatkan 5 – 10% wanita dalam masa reproduksi. PCOS mengacu pada pembesaran ovarium yang mengandung banyak kista yang sangat kecil.
Wanita dengan PCOS memiliki tingkat androgen yang tinggi, yakni yang biasa dikenal sebagai hormone pada laki-laki. Mereka juga memiliki produksi insulin yang tinggi sehingga menimbulkan kelebihan berat badan.
PCOS diartikan sebagai kumpulan gejala akibat peningkatan hormon kelaki – lakian / androgen (hiperandrogenisme) dan adanya gangguan ovulasi tanpa disertai adanya kelainan pada anak ginjal (hiperplasia adrenal congenital), peningkatan hormon prolaktin / produksi susu (hiperprolaktinemia) atau adanya tumor / neoplasma yang memproduksi hormon androgen.
Memang istilah polikistik yang berarti adanya “banyak kista” sering kali disalahartikan. Banyak penderita mengira bahwa adanya “kista” berarti memerlukan pembedahan dan bahkan meningkatkan ketakutan dan kekhawatiran tentang kemungkinan kanker atau penyakit ginekologi lainnya. Padahal istilah yang tepat adalah banyaknya folikel telur (ukuran 4 – 8 mm) yang tidak berkembang yang tampak pada indung telur sebagai “kista kecil-kecil”. Bukan kista yang berukuran besar yang menunjukkan adanya tumor indung telur.
2. Epidemiologi
WHO tahun 2010 menunjukan 3 – 5 % penduduk dunia menderita PCOS. Diderita pada wanita (5 – 10% dari wanita usia reproduksi yang berumur 12 - 45 tahun) dan diduga menjadi salah satu penyebab utama infertilitas wanita.
Baca juga : Tanaman Tasbih (Canna Lily), Obat Antipiretik, Diuretik dan Hipotensif
Lebih sering ditemukan pada wanita di kepulauan pasifik, mereka dua kali lebih mungkin sebagai populasi rata-rata memiliki PCOS. Sebesar 20% wanita di kepulauan pasifik memiliki PCOS. PCOS juga dapat terjadi pada gadis berusia 11 tahun oleh karena itu sangatlah penting dilakukan deteksi dini agar didapat pengobatan terbaik sebagai upaya pencegahan PCOS agar tidak semakin parah.
3. Etiologi
PCOS di dasarkan atas dua konsep besar yaitu hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin. Faktor keturunan/genetic juga memungkin menjadi salah satu penyebab PCOS. Anak perempuan dari seorang wanita dengan PCOS berisiko lebih tinggi terhadap perkembangan PCOS.
Hormon androgen mengalami aromatisasi di jaringan perifer menjadi estrogen, menyebabkan ketidakseimbangan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada tingkat pituitari yang menyebabkan hipersekresi LH endogen. LH ini sangat kuat menstimulasi produksi androgen didalam ovarium. Konsep ini diperkuat dengan adanya hiperinsulinemia pada pasien PCOS.
Insulin seperti juga LH menstimulasi langsung biosintesis hormon steroid di ovarium, terutama androgen ovarium. Lebih lanjut, insulin menyebabkan menurunnya produksi sex hormone binding globulin (SHBG) di dalam hati, sehingga menyebabkan meningkatnya kadar androgen bebas.
Dengan demikian kedua jalur diatas akan menstimulasi sel theca dari ovarium sehingga terjadi peningkatan produksi androgen dari ovarium yang menyebabkan terganggunya folikulogenesis, kelainan siklus haid dan oligo/anovulasi kronik.
Lebih sering ditemukan pada wanita di kepulauan pasifik, mereka dua kali lebih mungkin sebagai populasi rata-rata memiliki PCOS. Sebesar 20% wanita di kepulauan pasifik memiliki PCOS. PCOS juga dapat terjadi pada gadis berusia 11 tahun oleh karena itu sangatlah penting dilakukan deteksi dini agar didapat pengobatan terbaik sebagai upaya pencegahan PCOS agar tidak semakin parah.
3. Etiologi
PCOS di dasarkan atas dua konsep besar yaitu hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin. Faktor keturunan/genetic juga memungkin menjadi salah satu penyebab PCOS. Anak perempuan dari seorang wanita dengan PCOS berisiko lebih tinggi terhadap perkembangan PCOS.
Hormon androgen mengalami aromatisasi di jaringan perifer menjadi estrogen, menyebabkan ketidakseimbangan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada tingkat pituitari yang menyebabkan hipersekresi LH endogen. LH ini sangat kuat menstimulasi produksi androgen didalam ovarium. Konsep ini diperkuat dengan adanya hiperinsulinemia pada pasien PCOS.
Insulin seperti juga LH menstimulasi langsung biosintesis hormon steroid di ovarium, terutama androgen ovarium. Lebih lanjut, insulin menyebabkan menurunnya produksi sex hormone binding globulin (SHBG) di dalam hati, sehingga menyebabkan meningkatnya kadar androgen bebas.
Dengan demikian kedua jalur diatas akan menstimulasi sel theca dari ovarium sehingga terjadi peningkatan produksi androgen dari ovarium yang menyebabkan terganggunya folikulogenesis, kelainan siklus haid dan oligo/anovulasi kronik.
4. Pathogenesis
Normal kelenjar hipofisis di otak menghasilkan dua hormon yaitu FSH (Folliculer Stimulating Hormon) yang berperan untuk pematangan telur/folikel di ovarium, bila telur sudah matang akan disusul loncatan pelepasan hormon kedua yaitu LH (Lutenizing Hormon) yang berperan memicu ovulasi (pelepasan telur). Pada PCOS kadar LH yang seharusnya rendah dan baru meninggi beberapa saat menjelang ovulasi ternyata tetap tinggi, hal ini yang diduga menghambat proses pematangan folikel dan menggangu ovulasi, akibatnya terjadi penimbunan folikel-folikel berupa kista. Kadar LH yang meningkat menyebabkan sel techa yang aktif menghasilkan androgen dalam bentuk androstenedion dan testosteron. Keadaan hiperandrogenik ini menyebabkan lingkungan internal folikel bersifat dominan androgen sehingga tidak dapat berkembang dan akhirnya mati. Ketidakseimbangan hormon ini juga lah yang mengakibatkan mudahnya penderita Sindrom Ovarium Polikistik yang berhasil hamil mengalami keguguran dan tidak jarang keguguran ini terjadi berulang.
Proses lain yang ikut berperan ialah tingginya kadar insulin. Pada penderita PCOS, organ tubuh kurang peka terhadap insulin (insulin resistance), akibatnya pankreas harus produksi insulin lebih banyak. Kadar insulin yang tinggi juga akan merangsang ovarium menghasilkan hormon testosteron dengan segala konsekuensinya.
5. Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sama sekali sampai gejala seperti infertilitas, anovulasi kronik yang ditandai dengan amenorea, oligomenorea, gangguan haid atau perdarahan uterus disfungsional, jerawat, hirsutisme / maskulinisasi, obesitas. Gejala dan keparahan sindrom sangat bervariasi di antara wanita.
Baca juga : Manggis (Garcinia Mangostana), Khasiat Mengobati Sariawan dan Disentri
Menurut Kriteria Rotterdam ( 2003 ) diagnosis PCOS ditegakkan apabila memenuhi 2 dari 3 gejala :
Tanda dan Gejala PCOS secara umum adalah sebagai berikut :
Walupun PCOS tak dapat disembuhkan namun dapat diobati. Diagnosis dan penanganan dini selain dapat memperbaiki kondisi kesehatan penderita, memicu keberhasilan proses kehamilan, juga dapat mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.
Menurut Kriteria Rotterdam ( 2003 ) diagnosis PCOS ditegakkan apabila memenuhi 2 dari 3 gejala :
- Adanya gangguan haid akibat sedikit hingga tidak adanya ovulasi.
- Adanya tanda secara klinis atau biokimia hiperandogen.
- Gambaran ovarium polikistik dari pemeriksaan USG.
Tanda dan Gejala PCOS secara umum adalah sebagai berikut :
- Periode menstruasi yang tidak teratur; perdarahan menstruasi mungkin tidak ada, atau tidak terprediksi.
- Infertilitas; PCOS adalah salah satu penyebab infertilitas pada perempuan.
- Obesitas; lebih dari 80% wanita dengan PCOS memiliki kelebihan berat badan.
- Pertumbuhan rambut yang berlebih pada wajah, dada, perut atau bagian paha ke atas. Kondisi ini disebut hirsutism. Mengenai hampir 70% wanita dengan PCOS.
- Jerawat yang parah terjadi setelah masa remaja dan tidak merespon pengobatan biasa.
- Kulit berminyak
- Penebalan bercak, kulit gelap disebut acanthosis nigricans
- Banyak kista kecil pada ovarium
- Kehilangan rambut kepala atau semakin menipisnya rambut kepala
Walupun PCOS tak dapat disembuhkan namun dapat diobati. Diagnosis dan penanganan dini selain dapat memperbaiki kondisi kesehatan penderita, memicu keberhasilan proses kehamilan, juga dapat mengurangi resiko komplikasi jangka panjang.
7. Komplikasi
Komplikasi yg perlu dicermati ialah :
- Diabetes Mellitus Tipe II, 50% dari wanita yang memiliki PCOS akan mengembangkan Diabetes Mellitus Tipe II sebelum berusia 40 tahun.
- Hipertensi
- Hiperlipidemia (Trigliserid tinggi, HDL kolesterol rendah)
- Penyakit jantung koroner
- Stroke
- Perdarahan rahim
- Keguguran
- Sesak nafas waktu tidur (sleep apnea)
- Depresi
- Kanker rahim
Belum ada tes khusus untuk mendiagnosis PCOS. Untuk mengetahui apakah anda menedeirta PCOS beberapa langkah yang akan dilakukan dokter ialah :
- Anamnesis, tanya jawab tentang keluhan anda seperti gangguan haid, kesuburan, kegemukan dan sebagainya.
- Pemeriksaan fisik, khususnya tanda-tanda hirsutisme dan jerawat
- Pemeriksaan laboratorium, antara lain kadar hormone FSH, LH, testosteron dan insulin
- Pemeriksaan USG untuk medeteksi adanya kista di ovarium.
Posting Komentar untuk "Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), Gangguan pada Siklus Menstruasi Wanita"