Suspensi Obat Farmasi Adalah : Pengertian, Stabilitas, Keuntungan dan Kerugian
SUSPENSI OBAT FARMASI
Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Baca juga : Bunga Wijayakusuma (Epiphyllum Anguliger), Bermanfaat Mengatasi Pembekuan Darah
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom, contohnya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth, Algin. Golongan bukan gom, contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organik polimer
Rute Pemberian Sediaan Bentuk Suspensi
· Oral, contoh : suspensi kloramfenikol, rifampicin
· Ocular, contoh : suspensi hidrokortison asetat
· Otic, contoh : suspensi hidrokortison
· Parenteral, contoh : suspensi penicilin G ( i.m )
· Rectal, contoh : suspensi paranitro sulfathiazol
· Topical, contoh : caladin losio
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom, contohnya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth, Algin. Golongan bukan gom, contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organik polimer
Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi
1. Metode pembuatan suspensi, suspensi dapat dibuat dengan cara yaitu Metode Dispersi dan Metode Precipitasi
2. Sistem pembentukan suspensi yaitu Sistem flokulasi dan Sistem deflokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
a. Deflokulasi
· Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
· Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
· Sediaan terbentuk lambat.
· Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
b. Flokulasi
· Partikel merupakan agregat yang basa
· Sedimentasi terjadi begitu cepat
· Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
1. Metode pembuatan suspensi, suspensi dapat dibuat dengan cara yaitu Metode Dispersi dan Metode Precipitasi
2. Sistem pembentukan suspensi yaitu Sistem flokulasi dan Sistem deflokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
a. Deflokulasi
· Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
· Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
· Sediaan terbentuk lambat.
· Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
b. Flokulasi
· Partikel merupakan agregat yang basa
· Sedimentasi terjadi begitu cepat
· Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
a. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
b. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
c. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
d. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured Vehicle.
e. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.
Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
a. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
b. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
c. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
d. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured Vehicle.
e. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.
Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
Baca juga : Urang Aring (Ecliptara Prostrata), Khasiat dan Manfaat menurut Medis
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
Rute Pemberian Sediaan Bentuk Suspensi
· Oral, contoh : suspensi kloramfenikol, rifampicin
· Ocular, contoh : suspensi hidrokortison asetat
· Otic, contoh : suspensi hidrokortison
· Parenteral, contoh : suspensi penicilin G ( i.m )
· Rectal, contoh : suspensi paranitro sulfathiazol
· Topical, contoh : caladin losio
Alasan Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi
· Zat berkhasiat tidak larut dalam air
· Zat berkhasiat tidak enak atau pahit
· Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air
· Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat
· Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembewa minyak
· Zat berkhasiat tidak larut dalam air
· Zat berkhasiat tidak enak atau pahit
· Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air
· Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat
· Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembewa minyak
Aturan pemakaian obat dalam bentuk suspensi
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
Contoh obat dalam bentuk sediaan suspensi yang ada di pasaran :
- Obat maag cair ( Antasida Doen )
- Obat maag cair ( Mylanta )
- OBH combi plus
- Mycostatin Suspensi
- Amoxicillin
- Sodium ampicillin
- Calapol
- Proris ibuprofen
- Combantrin
Posting Komentar untuk "Suspensi Obat Farmasi Adalah : Pengertian, Stabilitas, Keuntungan dan Kerugian"