Aspek Perkembangan Moral pada Fase Perkembangan Remaja
Aspek perkembangan moral pada fase perkembangan remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Remaja merupakan fase perkembangan individu sekitar 13-20 tahun. Perkembangan moral remaja adalah sebagai berikut :
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konseo moralitas.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya tetapi psikologisnya (rasa puas dengan peneriamaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Baca juga : 3 Tips Meningkatkan Daya Imajinasi Anak Usia Dini
Dikaitkan dengan perkembangan moral dari Lawrence Kolhberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Nashori, Suara Pembaharuan,7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional atau berada dalam tahap ketiga (berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok) dan keempat (loyalitas terhadap norma).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA Negeri 22 Bandung, pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar yaitu pada tingkat pra-konvensional (14 %), konvensional (38 %), dan pasca-konvensional (48 %). Jumlah respondennya adalah sebanyak 120 orang.
Dengan masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional maka tidaklah heran apabila diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal, minum minuman keras dan hubungan seks di luar nikah.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah satu penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja adalah orang tua. Menurut Adam dan Gullotta (183 : 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua.
2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang nakal; dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
3. Terdapat dua factor yang dapat meningkatkan perkembangan moral remaja yaitu:
a. Orang tua yang mendorong anaknya untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai isu.
b. Orang tua menerapkan didiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif.
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu:
1. Tingkat Satu : Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
1. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
2. Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Dikaitkan dengan perkembangan moral dari Lawrence Kolhberg, menurut Kusdwirarti Setiono (Fuad Nashori, Suara Pembaharuan,7 Maret 1997) pada umunya remaja berada dalam tingkatan konvensional atau berada dalam tahap ketiga (berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok) dan keempat (loyalitas terhadap norma).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusmara (Mahasiswa PPB FIP IKIP Bandung) terhadap siswa kelas II SMA Negeri 22 Bandung, pada tahun 1995 ditemukan bahwa tingkatan moral mereka itu bersifat menyebar yaitu pada tingkat pra-konvensional (14 %), konvensional (38 %), dan pasca-konvensional (48 %). Jumlah respondennya adalah sebanyak 120 orang.
Dengan masih adanya siswa SMU (remaja) pada tingkat pra-konvensional atau konvensional maka tidaklah heran apabila diantara remaja masih banyak yang melakukan dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai seperti tawuran, tindak criminal, minum minuman keras dan hubungan seks di luar nikah.
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh factor penentunya yang beragam juga. Salah satu penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja adalah orang tua. Menurut Adam dan Gullotta (183 : 172-173) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua.
2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang nakal; dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
3. Terdapat dua factor yang dapat meningkatkan perkembangan moral remaja yaitu:
a. Orang tua yang mendorong anaknya untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai isu.
b. Orang tua menerapkan didiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif.
Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu:
1. Tingkat Satu : Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
1. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
2. Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
2 Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
3. Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
4. Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Baca juga : Guru adalah Pembentuk Karakter Generasi Penerus Bangsa
3. Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
5. Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
6. Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
Adapun tingkat dan tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai berikut:
Lawrence Kohlberg mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan: prakonfensional, konvensional, dan pascakonvensional. Karakteristik untuk masing-masing tahapan perkembangan moral yang dimaksud disajikan dalam tabel berikut ini.
3. Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
5. Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
6. Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
Adapun tingkat dan tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1958) sebagai berikut:
Baca juga : Siswa SD, SMP dan SMA Kesulitan Belajar Online
Lawrence Kohlberg mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi kedalam tiga tingkatan: prakonfensional, konvensional, dan pascakonvensional. Karakteristik untuk masing-masing tahapan perkembangan moral yang dimaksud disajikan dalam tabel berikut ini.
Posting Komentar untuk "Aspek Perkembangan Moral pada Fase Perkembangan Remaja"