Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Pola Baru dan Peningkatan Mutu
Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air. Hal ini terjadi karena sistem birokrasi selalu menempatkan kekuasaan sebagai faktor yang paling penting dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan.
Baca juga : Perbedaan Penting antara Guru PNS dan Honorer
Sekolah-sekolah saat ini telah terkukung oleh kekuasaan birokrasi yang “menggurita” dari kekuasaan tingkat pusat sampai daerah, bahkan terkesan semakin buruk di era desentralisasi ini. Bahkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah dan guru pun seakan berada di tempat yang “dikendalikan”. Jadi tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kekuasaan birokrasi persekolahan telah membuat sistem pendidikan selalu berada dalam keterpurukan. Kekuasaan birokrasi jugalah yang menjadi faktor sebab dari menurunnya semangat partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Segala sesuatu dalam kehidupan ini mesti direncanakan. Apa lagi kelembagaan seperti sekolah, haruslah direncanakan sebelum melakukan aktivitasnya. Sebagai sebuah institusi, lembaga atau organisasi, sekolah haruslah direncanakan oleh manajernya, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Dengandemikian, segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tersebut, tidak bisa lepasdan perencanaan. Di era otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan pendidikandan school based management seperti sekarang, manajer pendidikan harus bahumembahu dengan komite sekolah dan stake holders guna merumuskan rencanapendidikan di sekolah.
Perencanaan sekolah adalah proses merumuskan terlebih dahulu terhadapsegala sesuatu yang dilakukan sekolah di masa yang akan datang. Perencanaanmenduduki posisi strategis dan senantiasa ditanyakan oleh seseorang kepadaorang lain sebelum yang bersangkutan menjabat sebagai pemimpin atau manajer.Visi ke depan seorang calon pemimpin atau manajer, antara lain dapat dilihat dariprogram yang telah dipunyai. Maka sekolah yang baik haruslah mempunyai program yang baik.Tingkatan kualitas dan keunggulan suatu sekolah, antara lain dapat dilihat dariseberapa baik perencanaan yang dimilikinya. Pada era otonomi daerah sepertisekarang, perencanaan pendidikan yang patut dipilih adalah perencanaanpendidikan berbasis sekolah.
Mutu pendidikan yang diinginkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu yang diinginkan tersebut harus direncanakan mutu perlu menjadi sebuah bagian yang penting dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakan pendekatan yang sistematis dengan menggunakan proses perencanaan yang matang. Perencanaan strategi merupakan salah satu bagian dalam upaya peningkatan mutu .
sesuai dengan perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan nasional harus berorientasi kepada sistem perencanaan terbuka dan fleksibel yang disebut perencanaan partisipasi yang meminta ikut sertanya masyarakat, orang tua bahkan peserta didik dalam mencapai tujuan nasional.
Sekolah-sekolah saat ini telah terkukung oleh kekuasaan birokrasi yang “menggurita” dari kekuasaan tingkat pusat sampai daerah, bahkan terkesan semakin buruk di era desentralisasi ini. Bahkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah dan guru pun seakan berada di tempat yang “dikendalikan”. Jadi tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kekuasaan birokrasi persekolahan telah membuat sistem pendidikan selalu berada dalam keterpurukan. Kekuasaan birokrasi jugalah yang menjadi faktor sebab dari menurunnya semangat partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Segala sesuatu dalam kehidupan ini mesti direncanakan. Apa lagi kelembagaan seperti sekolah, haruslah direncanakan sebelum melakukan aktivitasnya. Sebagai sebuah institusi, lembaga atau organisasi, sekolah haruslah direncanakan oleh manajernya, dalam hal ini adalah kepala sekolah. Dengandemikian, segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tersebut, tidak bisa lepasdan perencanaan. Di era otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan pendidikandan school based management seperti sekarang, manajer pendidikan harus bahumembahu dengan komite sekolah dan stake holders guna merumuskan rencanapendidikan di sekolah.
Perencanaan sekolah adalah proses merumuskan terlebih dahulu terhadapsegala sesuatu yang dilakukan sekolah di masa yang akan datang. Perencanaanmenduduki posisi strategis dan senantiasa ditanyakan oleh seseorang kepadaorang lain sebelum yang bersangkutan menjabat sebagai pemimpin atau manajer.Visi ke depan seorang calon pemimpin atau manajer, antara lain dapat dilihat dariprogram yang telah dipunyai. Maka sekolah yang baik haruslah mempunyai program yang baik.Tingkatan kualitas dan keunggulan suatu sekolah, antara lain dapat dilihat dariseberapa baik perencanaan yang dimilikinya. Pada era otonomi daerah sepertisekarang, perencanaan pendidikan yang patut dipilih adalah perencanaanpendidikan berbasis sekolah.
KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Mutu pendidikan yang diinginkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu yang diinginkan tersebut harus direncanakan mutu perlu menjadi sebuah bagian yang penting dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakan pendekatan yang sistematis dengan menggunakan proses perencanaan yang matang. Perencanaan strategi merupakan salah satu bagian dalam upaya peningkatan mutu .
sesuai dengan perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan nasional harus berorientasi kepada sistem perencanaan terbuka dan fleksibel yang disebut perencanaan partisipasi yang meminta ikut sertanya masyarakat, orang tua bahkan peserta didik dalam mencapai tujuan nasional.
Baca juga : Cara Mendidik Anak dengan Gangguan ADHD
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersediakan karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses segala hal yang dimaksud meliputi sumber daya dan perangkat lunak.
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersediakan karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses segala hal yang dimaksud meliputi sumber daya dan perangkat lunak.
Berikut ini ada dua konsep dasar yang ada dalam MBS:
1. Pola Baru Manajemen Pendidikan
Perubahan dalam manajemen pendidikan disebabkan oleh lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional yang selama ini bersifat sentralistik. Otonomi daerah telah mendorong dilakukannya penyesuaian diri dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis. Kebijakan ini diterapkan pemerintah dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu adalah perubahan dalam manajemen pendidikan.
Di dalam MPMBS disebutkan bahwa terdapat beberapa dimensi perubahan pola manajemen pendidikan dari pola lama menuju pola baru manajemen pendidikan, yang ditunjukkan pada Tabel
Dimensi-Dimensi Perubahan Pola Manajemen Pendidikan
Terdapat perbedaan yang mendasar antara pola lama dengan pola baru manajemen pendidikan. Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungsi sekolah lebih pada melaksanakan program daripada mengambil inisiatif merumuskan dan melaksanakan program peningkatan mutu yang dibuat sendiri oleh sekolah. Sementara itu, pada pola baru manajemen pendidikan sekolah memiliki wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dan partsisipasi masyarakat makin besar, sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, pendekatan profesionalisme lebih diutamakan daripada pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan sekolah lebih didorong oleh motivasi-diri sekolah daripada diatur dari luar sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi, dari menghindari resiko menjadi mengolah resiko, penggunaan uang lebih efisien karena sisa anggaran tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (efficiency-based budgeting), lebih mengutamakan teamwork, informasi terbagi ke semua warga sekolah, lebih mengutamakan pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efisien.
2. MBS (manajemen berbasis sekolah) dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Mutu, dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. Mutu dapat bersifat abstrak, namun dapat dirasakan, baik itu berupa barang atau jasa. Oleh karena itu makna mutu akan berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya, tergantung dari sudut pandang dan kebutuhannya (Sallis, 1993). Dalam konteks pendidikan banyak pendapat tentang mutu. Namun demikian, kajian tentang mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari aspek input, proses, output dan dampak serta manfaat. Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses (pembelajaran), dengan argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) itu yang paling menentukan kualitas. Jika mutu ingin diraih, maka proses harus diamati dan dijadikan fokus perhatian. Melalui proses, penyelenggara pendidikan dapat mengembangkan pendidikan, metoda, dan teknik-teknik pembelajaran yang dianggap efektif. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah.
Posting Komentar untuk "Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Pola Baru dan Peningkatan Mutu"