Perencanaan, Pengadaan dan Distribusi Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
Perencanaan, Pengadaan dan Distribusi Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
1. Perencanaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.
Baca juga : Pengobatan Diabetes Melitus, 3 Bentuk Terapi Sulih Insulin
Ada 3 jenis metode yang digunakan dalam perencanaan perbekalan farmasi rumah sakit (Menkes RI, 2005) :
a. Metode konsumtif, yang didasarkan atas analisis data konsumtif/pemakaian perbekalan farmasi tahun sebelumnya.
b. Metode epidemiologi, yang didasarkan atas data jumlah kunjungan frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
c. Kombinasi metode konsumtif dan epidemiologi
2. Pengadaan dan Penerimaan Perbekalan Farmasi
Siklus pengadaan mencakup (Siregar, 2004) :
a. Pemilihan metode pengadaan
b. Pengadaan perbekalan kesehatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pembelian secara langsung dan melalui produksi sendiri.
c. Penetapan/pemilihan pemasok
d. Penetapan masa kontrak
e. Pemantauan status pemesanan
f. Penerimaan dan pemeriksaan perbekalan kesehatan
g. Pembayaran
h. Penyimpanan
i. Distribusi
j. Pengumpulan informasi penggunaan obat
Ada 3 jenis metode yang digunakan dalam perencanaan perbekalan farmasi rumah sakit (Menkes RI, 2005) :
a. Metode konsumtif, yang didasarkan atas analisis data konsumtif/pemakaian perbekalan farmasi tahun sebelumnya.
b. Metode epidemiologi, yang didasarkan atas data jumlah kunjungan frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
c. Kombinasi metode konsumtif dan epidemiologi
2. Pengadaan dan Penerimaan Perbekalan Farmasi
Siklus pengadaan mencakup (Siregar, 2004) :
a. Pemilihan metode pengadaan
b. Pengadaan perbekalan kesehatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pembelian secara langsung dan melalui produksi sendiri.
c. Penetapan/pemilihan pemasok
d. Penetapan masa kontrak
e. Pemantauan status pemesanan
f. Penerimaan dan pemeriksaan perbekalan kesehatan
g. Pembayaran
h. Penyimpanan
i. Distribusi
j. Pengumpulan informasi penggunaan obat
3. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Menurut Menkes RI (2005), penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Baca juga : Diabetes Melitus, Cara Mengatur Kadar Gula dan Jenis Makanan
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1998), alas an penyimpanan adalah :
a. Produk musiman, yang merupakan produk bersifat musim, karena adanya periode pertumbuhan.
b. Permintaan yang tidak menentu.
Menurut Miranda dan Tunggal (2005), tempat penyimpanan persediaan diperlukan untuk :
a. Mencapai transportasi yang ekonomis
b. Memelihara sumber persediaan
c. Mengantisipasi kondisi perubahan pasar (musiman, kompetisi dan fluktuasi permintaan).
Mengacu pada berbagai teori diatas, maka penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan di suatu tempat, sehingga menjaga persediaan tetap ada dan mengurangi biaya. Area penyimpanan harus mempertimbangkan faktor ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara dan adanya kemungkinan kontaminasi dengan produk lain. Jalan masuk area penyimpanan harus dengan sistem FIFO (first in first out). (Siregar, 2004).
4. Distribusi Perbekalan Farmasi
Proses penyampaian sediaan farmasi yang diminta dokter untuk penderita sampai diterima oleh penderita disebut pendistribusian sediaan farmasi dan dalam kegiatan ini terjadi proses pelayanan farmasi klinik dan non klinik. Sesuai dengan pendapat Siregar dalam buku Farmasi Rumah Sakit (2004), yang menyatakan “distribusi perbekalan kesehatan adalah pengantaran perbekalan kesehatan yang dimulai dari penerimaan order dokter di IFRS sampai dikonsumsi oleh penderita.
Suatu sistem distribusi obat yang efisien dan efektif sangat tergantung pada desain sistem dan pengelolaan yang baik. Beberapa jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap adalah (Siregar, 2004) :
a. Sistem distribusi resep obat individu dapat dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Resep individual adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sentralisasi adalah semua resep disiapkan dan di distribusikan oleh farmasi pusat. Desentralisasi adalah IFRS memiliki cabang-cabang yang berlokasi di daerah perawatan penderita.
b. Sistem distribusi obat persediaan obat lengkap di ruangan. Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia lengkap di ruang penyimpanan obat, kecuali obat yang jarang digunakan atau sangat mahal. Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dan persediaan di ruang/desentralisasi.
c. Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi/desentralisasi obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk penderita, terdiri atas 1 atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1998), alas an penyimpanan adalah :
a. Produk musiman, yang merupakan produk bersifat musim, karena adanya periode pertumbuhan.
b. Permintaan yang tidak menentu.
Menurut Miranda dan Tunggal (2005), tempat penyimpanan persediaan diperlukan untuk :
a. Mencapai transportasi yang ekonomis
b. Memelihara sumber persediaan
c. Mengantisipasi kondisi perubahan pasar (musiman, kompetisi dan fluktuasi permintaan).
Mengacu pada berbagai teori diatas, maka penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan di suatu tempat, sehingga menjaga persediaan tetap ada dan mengurangi biaya. Area penyimpanan harus mempertimbangkan faktor ventilasi, pencahayaan, sirkulasi udara dan adanya kemungkinan kontaminasi dengan produk lain. Jalan masuk area penyimpanan harus dengan sistem FIFO (first in first out). (Siregar, 2004).
4. Distribusi Perbekalan Farmasi
Proses penyampaian sediaan farmasi yang diminta dokter untuk penderita sampai diterima oleh penderita disebut pendistribusian sediaan farmasi dan dalam kegiatan ini terjadi proses pelayanan farmasi klinik dan non klinik. Sesuai dengan pendapat Siregar dalam buku Farmasi Rumah Sakit (2004), yang menyatakan “distribusi perbekalan kesehatan adalah pengantaran perbekalan kesehatan yang dimulai dari penerimaan order dokter di IFRS sampai dikonsumsi oleh penderita.
Suatu sistem distribusi obat yang efisien dan efektif sangat tergantung pada desain sistem dan pengelolaan yang baik. Beberapa jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap adalah (Siregar, 2004) :
a. Sistem distribusi resep obat individu dapat dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Resep individual adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sentralisasi adalah semua resep disiapkan dan di distribusikan oleh farmasi pusat. Desentralisasi adalah IFRS memiliki cabang-cabang yang berlokasi di daerah perawatan penderita.
b. Sistem distribusi obat persediaan obat lengkap di ruangan. Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia lengkap di ruang penyimpanan obat, kecuali obat yang jarang digunakan atau sangat mahal. Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dan persediaan di ruang/desentralisasi.
c. Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi/desentralisasi obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk penderita, terdiri atas 1 atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Baca juga : Diabetes Melitus, Pemeriksaan Penyaring dan Diagnosa Gejala
5. Pengawasan Perbekalan Farmasi
Pengawasan merupakan suatu evaluasi dari pekerjaan yang telah direncanakan. Pengawasan perbekalan farmasi dilakukan terhadap kualitas, kuantitas penggunaan, waktu dan biaya.
5. Pengawasan Perbekalan Farmasi
Pengawasan merupakan suatu evaluasi dari pekerjaan yang telah direncanakan. Pengawasan perbekalan farmasi dilakukan terhadap kualitas, kuantitas penggunaan, waktu dan biaya.
Posting Komentar untuk "Perencanaan, Pengadaan dan Distribusi Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit"